WahanaNews.co | Peneliti dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Ropiudin mengungkapkan pentingnya optimalisasi pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) di sektor pertanian guna meningkatkan hasil pertanian dan kesejahteraan petani.
"Pemanfaatan EBT untuk sektor pertanian bisa dioptimalkan termasuk pada tahun 2022 ini di tengah pandemi Covid-19," katanya di Purwokerto, Jawa Tengah, dikutip Rabu (23/2).
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
Peneliti senior laboratorium teknik sistem termal dan energi terbarukan Unsoed tersebut menjelaskan sektor pertanian sangat banyak membutuhkan energi, mulai dari penyemaian benih, penanaman bahkan hingga pascapanen.
"Ini berlaku tidak hanya pada sektor pertanian tradisional namun juga pertanian modern, keduanya membutuhkan energi, termasuk untuk pemeliharaan, pemanenan, pascapanen, pengolahan hasil pertanian dan sampahnya," katanya.
Dengan demikian, kata dia, energi baru dan terbarukan merupakan sumber energi yang potensial dan harus dikembangkan ke depan. Karena dapat berkontribusi positif pada banyak sektor esensial termasuk juga pertanian.
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
"Hal ini juga terkait erat dengan kebutuhan energi bersih dan energi yang terjangkau tentunya. Sesuai dengan program ekonomi hijau dan energi hijau, sebagai bagian dari transisi energi berkelanjutan," katanya.
Menurut Ketua Bidang Riset Aliansi Dosen Nahdlatul Ulama (Nahada) Jateng - DIY itu mengatakan selain untuk sektor pertanian, energi baru dan terbarukan juga dapat dimanfaatkan secara optimal pada sektor perikanan dan peternakan.
"Bahkan pemanfaatan EBT pada sektor-sektor ini menjadi perhatian global dalam rangka mendukung target zero carbon dan dalam rangka mewujudkan energi bersih dan terjangkau," katanya.