Secara keseluruhan, kedua betina ini telah melahirkan empat anak. Anak pertama lahir pada tahun 2016, namun mati dan jasadnya tidak diteliti.
Kemudian, anak kedua lahir pada tahun 2020, satu lagi pada tahun 2021, dan yang ketiga pada tahun 2023. Namun begitu, hanya satu anak hiu yang bertahan hidup sampai saat ini, yakni yang lahir pada 2021.
Baca Juga:
Niat Mencari Gurita, Nelayan di Nias Utara Luka Parah Digigit Hiu
Untuk memastikan asal-usul genetik keturunannya, para peneliti mengambil sampel DNA dari masing-masing tiga anak hiu dan membandingkannya dengan hiu dewasa. Temuan mereka menunjukkan bahwa dalam serangkaian penanda yang diuji, keturunannya memiliki gen yang identik dengan induknya.
Penemuan ini menyoroti pentingnya partenogenesis sebagai mekanisme bertahan hidup pada populasi liar dengan jumlah jantan yang menurun, kata para peneliti.
"Temuan ini sangat meningkatkan pemahaman kita tentang strategi reproduksi pada hiu dan dapat menginformasikan upaya konservasi untuk spesies yang terancam punah," kata para penulis dalam studi tersebut.
Baca Juga:
Perahu Karam, Nelayan Bertarung Lawan Hiu dengan Tangan Kosong
Meskipun penelitian ini berfokus pada hiu lanjaman, partenogenesis telah dilaporkan pada spesies lain, termasuk hiu bambu berbintik putih (Chiloscyllium plagiosum), hiu zebra (Stegostoma tigrinum), dan hiu gelombang (C. ventriosum).
[Redaktur: Alpredo Gultom]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.