"Investor saya tidak akan senang begitu saja, mereka akan mengharapkan pertumbuhan dan melihat apa yang kami tawarkan ke pelanggan serta bagaimana kinerjanya," ujar Siemiatkowski.
Ia menegaskan, arah perusahaan ke depan adalah menyeimbangkan penggunaan AI dengan tenaga manusia, fokus pada produktivitas, serta meningkatkan kualitas layanan dan produk.
Baca Juga:
Manfaatkan AI Secara Positif, FKIP UNJA Dorong Inovasi Penelitian Mahasiswa dan Dosen
Di sisi lain, fenomena serupa juga terjadi pada raksasa teknologi global Salesforce yang pada awal September 2025 melakukan PHK terhadap 4.000 karyawan di divisi layanan pelanggan.
CEO Salesforce Marc Benioff menjelaskan bahwa jumlah staf dukungan pelanggan berkurang hampir 50 persen, dari 9.000 menjadi sekitar 5.000 orang, karena posisi mereka digantikan oleh teknologi AI.
Benioff menyebut program agentic AI kini mengambil alih sebagian besar interaksi dengan pelanggan, bahkan mampu menghubungi lebih dari 100 juta prospek penjualan yang sebelumnya tak tersentuh selama 26 tahun terakhir.
Baca Juga:
Masyarakat Kini Bisa Cek Berita Hoaks Lewat WA, Ini Caranya
Menurutnya, agentic AI bekerja secara otonom dengan memecah masalah besar ke dalam tugas-tugas kecil sehingga lebih cepat dan efisien dibandingkan manusia.
Meski begitu, Salesforce tetap mempertahankan kombinasi tenaga manusia dan AI dalam sistem "omni channel supervisor" agar kolaborasi keduanya bisa berjalan seimbang.
Benioff menambahkan, skor kepuasan pelanggan dari interaksi AI maupun manusia nyaris sama, sekaligus menegaskan bahwa setiap perusahaan kini tengah bergerak menuju agentic enterprise.