WahanaNews.co, Jakarta - Sejak serbuan Hamas ke Israel, Sabtu (7/10) konflik semakin memanas. Terutama setelah itu, Israel melancarakan serangan balik lewat udara yang memicu korban sipil jauh lebih dahsyat di pihak Palestina.
Modus donasi Palestina via email dan situs palsu terendus jadi andalan sejumlah penipu dunia maya saat konflik Israel-Hamas masih memanas.
Baca Juga:
Sambut HLN Ke-79, Donasi Insan PLN Terangi 3.725 Keluarga se-Indonesia
"Kaspersky telah mengidentifikasi kampanye penipuan yang mengeksploitasi konflik Israel-Hamas," demikian dikutip dari siaran pers Kaspersky, perusahaan siber berbasis di Rusia, melansir CNN Indonesia, Senin (23/10/2023).
"Para penyerang berusaha memanfaatkan kesediaan masyarakat untuk membantu mereka yang terkena dampak dengan menipu calon korban agar memberikan donasi, yang pada akhirnya berujung pada pencurian uang."
Menurut perusahaan, penjahat siber sudah menyebarkan lebih dari 500 email penipuan dan membuat situs web palsu.
Baca Juga:
Sambut HLN Ke-79, Donasi Insan PLN Terangi 3.725 Keluarga se-Indonesia
Pakar Kaspersky mengamati lonjakan email penipuan yang ditulis dalam bahasa Inggris yang meminta sumbangan bagi mereka yang terkena dampak konflik.
"Solusi keamanan perusahaan mendeteksi lebih dari 540 email semacam itu."
Bentuknya, penyerang menggunakan teknik rekayasa sosial canggih untuk mengeksploitasi keinginan masyarakat untuk membantu dan mencoba memikat calon korban agar memberikan donasi palsu.
Penyerang menyamar sebagai organisasi amal dan menggunakan bahasa emosional untuk membujuk pengguna agar mengeklik tautan situs web penipuan, dan kemudian mereka akan diminta untuk berkontribusi. Email penipuan ini datang dari berbagai alamat.
"Dalam email ini, penipu mencoba membuat beberapa variasi teks untuk menghindari filter spam," menurut Kaspersky.
Misalnya, penipuan menggunakan berbagai frasa ajakan berdonasi seperti 'kami menyerukan belas kasih dan kebajikan Anda'; atau 'kami menyerukan empati dan kemurahan hati Anda'; dan mengganti kata-kata seperti 'bantuan'; dengan sinonim seperti 'dukungan', 'bantuan'.
Selain itu, pelaku mengubah tautan dan alamat pengirim.
Andrey Kovtun, pakar keamanan di Kaspersky, mengatakan tautan yang digunakan dalam email mengarah ke situs web penipuan. Situs web ini memberikan konteks kepada pengguna tentang konflik, menampilkan foto, dan mendorong mereka untuk memberikan donasi.
Penipu memfasilitasi transfer uang dengan mudah, menawarkan opsi untuk berbagai transaksi mata uang kripto, seperti Bitcoin, Ethereum, Tether, hingga Litecoin.
Dengan menggunakan alamat dompet, para ahli Kaspersky menemukan halaman web palsu lainnya, yang mengklaim mengumpulkan bantuan untuk berbagai kelompok lain di wilayah konflik.
Halaman penipuan seperti ini dapat berkembang dengan cepat, mengubah desainnya, dan menargetkan berbagai kelompok.
"Untuk menghindari penipuan, ada baiknya untuk memeriksa halaman secara menyeluruh sebelum berdonasi," ucap Kovtun.
Pasalnya, situs palsu sering kali tidak memiliki informasi utama tentang penyelenggara amal, penerima, dokumentasi legitimasi, atau kurang transparan mengenai penggunaan dana.
Untuk lebih jelasnya, berikut tips-tips menghindari penipuan online modis donasi Palestina:
+ Periksa situs web dan kredensial (misalnya username) badan amal tersebut. Badan amal yang sah akan didaftarkan - Anda harus memeriksa ulang kredensial organisasi di basis data yang diketahui untuk memastikan keasliannya.
+ Dekati organisasi amal secara langsung untuk berdonasi atau menawarkan dukungan. Untuk berdonasi secara online, ketik alamat situs amal yang sudah dikenal link.
+ Jika Anda tidak yakin mengenai organisasi yang telah Anda periksa, rujuk ke organisasi terkenal yang memberikan dukungan kemanusiaan seperti badan bantuan PBB.
+ Hati-hati dengan permintaan uang dari orang tak dikenal mengaku sebagai korban atau badan amal. Biasanya, individu yang terkena dampak krisis kemungkinan besar tidak akan menghubungi Anda secara langsung.
+ Cek tujuan akhir pengiriman donasi. Situs web palsu bisa saja hampir mirip dengan situs amal asli. Sementara, tempat mengirim donasi menjadi satu-satunya perbedaan. Kesalahan ejaan atau tata bahasa sering kali menjadi petunjuk kepalsuan.
+ Hati-hati dengan media sosial. Hanya karena ada teman di medsos yang menyukai atau membagikannya bukan berarti akun Facebook itu sah. Teliti secara mendalam sebelum berdonasi.
[Redaktur: Alpredo Gultom]