WahanaNews.co | Sesuai
dengan Keputusan Presiden RI Nomor 448 Tahun 1961, Hari Pramuka jatuh dan
diperingati setiap tanggal 14 Agustus dan terus menjadi hari yang sakral bagi
gerakan Praja Muda Karana (Pramuka) di Indonesia.
Namun, meskipun baru dijadikan hari nasional pada tahun
1961, gerakan pramuka di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak sebelum Indonesia
merdeka.
Baca Juga:
Miris, Sekolah Binaan Dinas PKO Sikka Tak Terlibat Dalam KMD, Germanus Goleng: Pramuka Wajib Ada di Sekolah
Berikut ini adalah rincian sejarah pramuka pada masa
penjajahan.
Sejarah Hari Pramuka
di Masa Penjajahan Belanda
Melansir dari situs resmi Kemdikbud dan Kemenkumham, pramuka
juga menyebar ke Belanda hingga akhirnya masuk ke Indonesia. Pada 1912,
didirikan Gerakan kepanduan di Hindia Belanda di Jakarta yang bernama Nederlands
Padvinders Vereeniging (NPV).
Baca Juga:
Pramuka Sergai Siap Hadapi Tantangan Zaman, Bupati Tekankan Pentingnya Pendidikan Karakter
Pada 4 September 1917, gerakan itu berganti nama menjadi
Nederlands Indische Padvinders-Vereeniging. Gerakan ini sebagai bagian dari
kepanduan Nederlands Padvinders Organisatie (NPO), yang berpusat di Belanda.
Pemimpin gerakan kemerdekaan tertarik melihat dibentuknya
NPV. Mereka melihat Pramuka dapat digunakan untuk membentuk karakter masyarakat
Indonesia. Akhirnya pada 1916, diprakarsai oleh Pangeran A.A. Mangkunegara VII
tanpa campur tangan dari Belanda dibentuklah organisasi pramuka pertama di
Indonesia bernama Javaansche Padvinders Organisatie (JPO).
Lahirnya JPO menjadi penyemangat berdirinya organisasi
kepanduan lain di Indonesia pada saat itu, seperti JJP (jong java Padvindery),
NATIPIJ (Nationale Islamftsche Padvinderzj), SIAP (Sarekat Islam Afdeling
Padvindery), dan Padvinders Muhammadiyah yang kemudian menjadi nama Hizbul
Wathan atau HW.