WahanaNews.co | Popularitas TikTok tak hanya mengancam perusahaan yang satu tipe, yaitu Instagram. Google pun mengaku merasa terancam dengan perkembangan aplikasi berbasis audio visual itu.
Layanan inti Google termasuk mesin pencari dan Maps, juga dipengaruhi oleh preferensi yang berkembang karena berfokus di berbagi audio visual dengan kemasan terbaru.
Baca Juga:
Cerita CEO Telegram Pavel Durov Diduga Miliki Empat Paspor
Wakil Presiden Senior Prabhakar Raghavan, yang memimpin divisi Pengetahuan & Informasi Google, secara tidak langsung mencatat pengguna dari kalangan muda cenderung beralih ke aplikasi seperti TikTok dan Instagram ketimbang mesin pencari Google.
"Kami terus belajar, lagi dan lagi, bahwa pengguna internet baru tidak memiliki harapan dan pola pikir yang sudah menjadi kebiasaan kami," kata Raghavan.
Para pengguna kalangan anak muda disebutnya cenderung tidak mengetikkan kata kunci, melainkan mencari konten audio visual dengan cara baru yang lebih mendalam.
Baca Juga:
Punya 100 Anak Biologis, Berikut Fakta Unik CEO Telegram Pavel Durov
"Dalam penelitian kami, hampir 40 persen anak muda, ketika mereka mencari tempat untuk makan siang, mereka tidak membuka Google Maps atau Penelusuran (Search). Mereka mengecek TikTok atau Instagram," katanya.
Google mengakui angka tersebut merupakan nilai yang harus diakui mengejutkan. Penelitian itu dilakukan secara internal, melibatkan survei pengguna di AS rentang usia 18 hingga 24 tahun.
Data tersebut belum dipublikasikan secara resmi oleh Google, namun sudah dibocorkan kepada Google lewat Tech Crunch. Nantinya, data itu dapat diakses ke situs kompetisi Google bersama dengan statistik lain.
Sementara, pengguna internet yang lebih tua mungkin tidak dapat memusatkan pikiran mereka untuk beralih ke aplikasi video sosial untuk menemukan restoran atau rekomendasi lokasi tempat wisata.
Sementara pengguna yang lebih muda pada akhirnya dapat meluncurkan semacam aplikasi peta untuk tujuan navigasi, data ini menunjukkan mereka tidak perlu memulai perjalanan mereka di Google lagi.
Itu berarti semua pekerjaan yang dilakukan Google selama bertahun-tahun untuk mengatur, menyusun, dan merekomendasikan berbagai bisnis seperti restoran lokal atau di Google Maps bisa ditinggalkan oleh pengguna yang lebih muda.
Raghavan juga menjelaskan bagaimana generasi muda umumnya tertarik pada pencarian dan penemuan yang lebih 'kaya visual', dan itu tidak hanya terbatas pada tempat makan.
Dia menunjukkan orang-orang muda yang online hari ini belum pernah melihat peta kertas. Mereka hanya melihat produk yang dirancang terlihat seperti peta kertas yang "terjebak di telepon."
"Kita harus memunculkan harapan yang benar-benar baru dan itu membutuhkan dasar-dasar teknologi yang sama sekali baru," kata Raghavan.
Misalnya, Google Maps kini menggabungkan Augmented Reality (AR) untuk membantu pengguna memposisikan diri mereka di lingkungan mereka, alih-alih memaksa pengguna untuk mencari tahu ke mana harus pergi berdasarkan titik biru di layar.
Perusahaan juga baru-baru ini mengumumkan peningkatan lain pada Google Maps pada konferensi pengembangnya Google I/O, di mana ia memamerkan mode 3D baru dan tampilan imersif, di antaranya membuat Maps kurang lebih seperti bentuk digital dari peta kertas.
Melansir Peta Pixel, TikTok lebih dahulu membuat Instagram ketar-ketir. Meta selaku induk perusahaan dari Instagram pun terus berfokus kepada pengembangan video di platform tersebut.
Akhir pekan ini, Instagram kabarnya sedang menguji fitur bernama Live Producer yang membuat pengguna bisa bersiaran langsung dari desktop menggunakan perangkat lunak eksternal.
Sebelumnya, Marc Zuckerberg selaku CEO Meta juga telah mengumumkan Instagram sedang menguji lini masa berformat layar penuh yang sangat mirip dengan TikTok. [qnt]