WahanaNews.co, Jakarta - Rasa cemburu sering kali muncul tanpa alasan yang jelas. Walaupun yakin bahwa pasangan tidak akan berselingkuh, terkadang rasa gelisah muncul begitu saja, seolah-olah pasangan akan berpaling untuk selamanya. Ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang terjadi di dalam otak.
Tidak hanya orang dewasa yang berpasangan yang dapat mengalami rasa cemburu. Anak kecil, bayi, dan bahkan anjing pun dapat mengalami perasaan serupa pada suatu titik dalam hidup mereka.
Baca Juga:
Ciptakan Situasi Yang Aman Dan Kondusif, Kapolres Merangin Terjunkan Personil Pasca Terjadinya Peristiwa Penikaman Diarea PT.SGN
Dibandingkan dengan rasa iri, cemburu tidak berasal dari keinginan untuk memiliki sesuatu yang bukan miliknya.
Cemburu lebih bersumber dari naluri untuk mempertahankan sesuatu yang sudah dimiliki, atau setidaknya dirasakan sebagai miliknya.
Ketika seseorang mengalami rasa cemburu, berbagai perubahan dapat terjadi di otak sebagai respons terhadap emosi tersebut.
Baca Juga:
Dampak Negatif Overthinking Bagi Kesehatan Otak
Meskipun kompleks, beberapa area otak utama yang terlibat dalam pengalaman cemburu melibatkan berbagai zat kimia dan jalur saraf.
Berikut adalah aktivitas beberapa bagian otak ketika seseorang sedang mengalami rasa cemburu:
Amygdala
Amygdala adalah bagian otak yang terlibat dalam pemrosesan emosi, terutama emosi yang terkait dengan pengalaman sosial seperti ketakutan dan kecemburuan.
Amygdala dapat memberikan sinyal respons emosional, seperti peningkatan denyut jantung dan perasaan cemas.
Cortex Parietal dan Frontal
Bagian-bagian ini dari otak berperan dalam pengolahan informasi sosial dan evaluasi situasi.
Selama rasa cemburu, cortex parietal dan frontal dapat terlibat dalam penilaian terhadap situasi yang memicu cemburu dan menafsirkan perilaku orang lain.
Sistem Dopamin
Dopamin adalah neurotransmitter yang terlibat dalam pengalaman kenikmatan dan reward.
Rasa cemburu dapat memengaruhi sistem pelepasan dopamin, menyebabkan perubahan dalam respons emosional dan persepsi terhadap situasi.
Hipotalamus
Hipotalamus berperan dalam mengatur reaksi stres dan emosi. Ketika seseorang cemburu, hipotalamus dapat mengaktifkan respons stres, seperti peningkatan detak jantung dan pelepasan hormon stres seperti kortisol.
Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf otonom mengatur fungsi tubuh yang tidak disadari, seperti detak jantung, pernapasan, dan tekanan darah.
Rasa cemburu dapat memicu respons sistem saraf otonom, yang dapat mempengaruhi sensasi fisik seperti perasaan gelisah atau keringat dingin.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa rasa cemburu juga dapat terkait dengan aktivitas dalam pusat reward otak, yang memainkan peran dalam pengalaman kepuasan.
Ini dapat menjelaskan mengapa cemburu kadang-kadang diikuti oleh perasaan keinginan untuk mempertahankan atau merebut kembali kepuasan yang dirasa terancam.
Perlu diingat bahwa respons otak terhadap emosi, termasuk cemburu, bersifat individual dan kompleks. Faktor genetik, pengalaman hidup, dan konteks sosial juga dapat memengaruhi bagaimana seseorang merespons dan mengatasi rasa cemburu.
Bagaimana dengan cemburu buta?
Terdapat temuan menarik dalam penelitian yang menunjukkan bahwa rasa cemburu memiliki dampak pada kemampuan penglihatan, sehingga istilah "cemburu buta" pun tidaklah salah.
Semakin intens rasa cemburu, semakin sulit melihat objek dengan rinci. Beberapa pakar bahkan menyarankan untuk menghindari mengemudi ketika sedang merasakan cemburu.
Disamping itu, cemburu juga memberikan pengaruh terhadap berbagai fungsi tubuh lainnya. Respons terhadap stres mengalami peningkatan, begitu juga dengan tekanan darah dan denyut jantung.
Dari segi sifatnya, rasa cemburu dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis berbeda, seperti yang dijelaskan dalam laporan Foxnews belum lama ini.
1. Cemburu reaktif
Cemburu reaktif muncul sebagai respons terhadap situasi nyata yang dapat memicu rasa tidak aman atau kehilangan.
Seseorang merasa cemburu sebagai reaksi langsung terhadap tindakan atau perilaku tertentu yang dianggap dapat mengancam hubungan atau keberlangsungan hubungan.
Contoh: Pasangan yang cemburu reaktif mungkin merespon cemburu setelah mengetahui bahwa pasangan mereka bersikap terlalu akrab dengan orang lain.
2. Cemburu curigaan
Cemburu curigaan terjadi ketika seseorang merasa cemburu tanpa ada bukti konkret atau situasi yang jelas untuk mendukung perasaan cemburu tersebut.
Pada cemburu curigaan, ketidakpercayaan muncul tanpa adanya alasan yang jelas atau bukti yang mendukung. Orang yang mengalami cemburu curigaan mungkin mencurigai pasangan tanpa dasar yang kuat.
Contoh: Seseorang mungkin merasa cemburu curigaan ketika pasangan mereka tidak memberikan alasan konkret untuk dicurigai.
3. Cemburu delusional
Cemburu delusional mencakup perasaan cemburu yang berlebihan dan tidak realistis, seringkali disertai dengan keyakinan yang salah atau delusi yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Orang yang mengalami cemburu delusional mungkin memiliki keyakinan yang tidak masuk akal, seperti keyakinan bahwa pasangan mereka terlibat dalam konspirasi atau selingkuh tanpa adanya bukti yang substansial.
Contoh: Seseorang mungkin mengalami cemburu delusional jika mereka yakin bahwa pasangan mereka memiliki rencana jahat tanpa adanya bukti konkret yang mendukung keyakinan tersebut.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]