Dia menyebut proses sedimentasi sungai pada umumnya berlangsung saat banjir. Hal ini mengakibatkan endapan sedimen tersebut mengumpul sebagai dataran limpasan banjir.
Salahuddin menyebut Selat Muria tidak akan muncul lagi lantaran proses geologi berupa erosi lajur perbukitan Kendeng dan lajur perbukitan Rembang yang melewati jejaring Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana masih terus berlangsung hingga saat ini.
Baca Juga:
Kemensos Lakukan Pendampingan Menyeluruh Kasus Rudapaksa di Demak Jateng
Bahkan sedimen yang dibawa juga cukup tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan pendangkalan di Selat Muria.
Terkait banjir, dia menyebut hal tersebut lumrah. Pasalnya, dataran rendah itu terbentuk karena luapan banjir.
"Wajar kalau banjir terjadi berulang. Ini bukan hal aneh karena dataran rendah tersebut terbentuk karena luapan banjir," ungkapnya, melansir Kompas.com, Selasa (26/3/2024).
Baca Juga:
Pemkab Demak Siap Tanam Padi Serempak Oktober 2024, Bergantung Air Waduk
Di sisi lain perubahan lingkungan seperti adanya permukiman berdampak secara geologis. Salah satunya berupa pemadatan lahan untuk pendirian bangunan maupun penggunaan air tanah yang membuat tanah menjadi kompak, padat, dan agak turun.
Kondisi tersebut menyebabkan daerah Demak, Pati, dan Juwana rentan banjir. Terlebih dengan meningkatnya bencana hidrometeorologis yang terjadi saat ini.
Salahuddin menambahkan hujan dengan intensitas tinggi dan terus menerus berpotensi meningkatkan debit air di wilayah hulu sungai. Dampaknya terjadi banjir ekstrem dan baru akan surut selama berhari-hari.