WahanaNews.co | Lebih dari 200 orang dinyatakan meninggal dunia akibat gempa berkekuatan magnitudo 5,6 yang mengguncang wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Jabar) dan sekitarnya pada Senin (21/11/2022) siang.
Selain itu, data yang disampaikan Gubernur Jabar Ridwan Kamil, juga terdapat 13.784 orang yang mengungsi di 14 titik.
Baca Juga:
Gempa Susulan di Taiwan, Kemlu Sebut Tidak ada WNI terdampak
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, gempa Cianjur merupakan jenis gempa dangkal yang diduga akibat aktivitas sesar Cimandiri.
Hal tersebut diketahui berdasarkan analisis dari lokasi episenter dan kedalaman hiposenter-nya.
Dari catatan BMKG hingga Senin (21/11/2022) pukul 14.00 WIB, sudah ada 15 aktivitas gempa bumi susulan atau aftershock dengan magnitudo terbesar 4,0.
Baca Juga:
Berdampak ke Jepang dan Filipina, Gempa M 7,5 Guncang Taiwan
Lantas apa itu sesar Cimandiri, dan adakah sumber gempa lain di Jabar dan Jakarta yang perlu diwaspadai?
Mengenal sesar Cimandiri
Dilansir dari geologi.co.id, sesar Cimandiri adalah sesar atau patahan geser aktif sepanjang kurang lebih 100 km.
Sesar ini memanjang dari muara Sungai Cimandiri di Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, lalu mengarah ke timur laut melewati Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Subang.
Sesar Cimandiri terbagi menjadi lima segmen, yaitu:
Cimandiri Pelabuhan Ratu-Citarik
Citarik-Cadasmalang
Ciceureum-Cirampo
Cirampo-Pangleseran
Pangleseran-Gandasoli.
Namun, ada pula yang membagi sesar Cimandiri menjadi empat segmen, antara lain:
Pelabuhan Ratu dan Cibuntu
Padabeunghar
Cikundul dan Baros
Sukaraja.
Pembagian empat segmen ini berdasarkan karakteristik morfologi yang diamati secara langsung di lapangan.
Selain gempa Cianjur pada Senin (21/11/2022), sesar Cimandiri beberapa kali sempat memicu gempa besar.
Setidaknya, ada tujuh gempa besar dalam abad ini yang diakibatkan sesar Cimandiri.
Gempa itu antara lain gempa bumi Pelabuhan Ratu (1900), gempa bumi Cibadak (1973), gempa bumi Gandasoli (1982), gempa bumi Padalarang (1910), gempa bumi Tanjungsari (1972), gempa bumi Conggeang (1948), dan gempa bumi Sukabumi (2001).
Beberapa sumber gempa di Jawa Barat dan Jakarta
Selain sesar Cimandiri, berikut beberapa sumber gempa yang mengintai Jawa Barat dan Jakarta:
1. Sesar Cipamingpis
Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, sesar Cipamingpis membentang di bagian timur wilayah Sukabumi dan barat Cianjur.
2. Sesar Lembang
Sesar Lembang berada sekitar 10 kilometer utara Bandung dengan panjang sesar yang terpetakan mencapai 22 kilometer, seperti diberitakan Harian Kompas, 21 Juni 2007.
Gerakan tanah akibat terjadinya gerakan lempeng bumi di sesar ini sebesar 0,2- 2,5 milimeter per tahun dengan siklus gempa bumi sekitar 500 tahun.
Dipantau sejak 1963, sesar Lembang tercatat memicu gempa sangat dangkal berkekuatan magnitudo 3,3 pada 2011.
Dalam sebuah studi pada 2018, disebutkan bahwa sesar Lembang menunjukkan pergeseran ke kiri atau left lateral faulting.
Sesar ini berpotensi memicu gempa berkekuatan M 6,8 dengan skala guncangan IV-V MMI.
3. Sesar Baribis
Peta lokasi Sesar Baribis yang aktif di selatan Jakarta.Infografik Kompas.id/Gunawan Peta lokasi Sesar Baribis yang aktif di selatan Jakarta.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) Sri Widiyantoro, diketahui bahwa sesar Beribis memiliki ancaman besar, khususnya bagi wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Harian Kompas, 22 Juni 2022 memberitakan, sesar ini terletak di bagian utara Pulau Jawa, membentang dari Kabupaten Purwakarta sampai perbukitan Baribis di Kabupaten Majalengka.
Sesar yang berjarak 25 kilometer selatan Jakarta ini mengalami kemiringan 31 derajat ke selatan dan memiliki slip rate 1 mm per tahun.
Dalam sejarahnya, sesar Baribis di bagian timur tercatat pernah memicu gempa yang merusak Jakarta pada 1780 dan Kabupaten Majalengka pada 1990. [rna]