WahanaNews.co | Kaspersky memprediksi pengeluaran terkait keamanan siber dunia bakal meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2025 mendatang dari tahun 2021, mencapai USD460 miliar (Rp 6.800 triliun).
Director of APAC Research Centre Kaspersky Vitaly Kamluk dalam ajang Kaspersky Cyber Security Weekend di Phuket, Thailand menyebut pengeluaran ini berpotensi lebih tinggi jika melihat kondisi dunia saat ini dengan lebih teliti, meski hidup tanpa keamanan digital masih dapat dilaksanakan oleh masyarakat.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
“Wajar saja muncul pertanyaan, mengapa kita berinvestasi sangat besar untuk keamanan siber dan bukankah lebih baik jika semua duit itu digunakan untuk hal lain. Hidup tanpa keamanan siber di tengah dunia yang kian digital masih bisa diwujudkan, namun hanya akan membawa kesengsaraan,” ujar Kamluk.
Sebab, lanjut Kamluk, hidup tanpa keamanan siber artinya manusia harus rela melepaskan sejumlah teknologi keamanan, termasuk enkripsi, yang bertugas untuk melindungi privasi dan informasi rahasia.
Dengan demikian, penjahat siber memiliki peluang lebih besar untuk mencuri informasi milik masyarakat termasuk data pribadi, data keuangan, hingga data kesehatan, untuk dimanfaatkan demi meraup keuntungan pribadi.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
Selain itu, tidak adanya keamanan siber juga disebut Kamluk juga akan menghilangkan kendali manusia terhadap akses di internet, sehingga seluruh akun yang dimiliki manusia di ranah online tidak akan aman, tidak terkecuali akun rekening bank.
Ketiadaan keamanan siber bagi manusia modern turut memicu potensi perampasan identitas untuk tindak kejahatan terkait finansial, termasuk tindak penipuan, pengurasan rekening dan kartu kredit serta transfer uang secara ilegal oleh aktor kejahatan siber.
Hilangnya keamanan siber ini juga dijelaskan Kamluk akan mempersulit tindakan validasi kebenaran di ranah internet, sehingga masyarakat secara luas akan sulit mempercayai berita di ranah online.
Tidak hanya itu, hal ini juga dinilai akan mendorong peredaran berita palsu atau hoaks secara lebih besar dan luas, serta menyebabkan layanan belanja online tidak dapat diperiksa kebenarannya saat melakukan pembayaran online.
Sementara itu, selama periode dari Juli 2021 hingga Agustus 2022, Kaspersky telah mendeteksi dan memblokir lebih dari 7,2 miliar serangan termasuk malware dan konten berbahaya lainnya.
Kamluk juga menyebut bahwa wilayah Asia Pasifik, termasuk Indonesia, merupakan kawasan paling rentan terhadap serangan siber. Sebab selama periode Agustus 2021 hingga Juli 2022, Kaspersky mendeteksi sekitar 35 persen objek berbahaya di internet.
Objek tersebut, jelas Kamluk, menyasar pengguna internet di India, Jepang, Vietnam dan Indonesia.
Kamluk turut menegaskan bahwa saat ini, teknologi keamanan siber memainkan peran penting dalam menjaga aktivitas online manusia sehingga aman dan nyaman meski terus diintai ancaman.
Kamluk menekankan bahwa dunia tanpa keamanan siber merupakan distopia digital, dan di dalamnya tidak ada seorang pun yang dapat menikmati manfaat dan peluang yang disajikan oleh teknologi terbaru. [jat]