WahanaNews.co, Toba - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah meneliti temuan piramida di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara yang disebut mirip dengan situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat.
Profesor Riset dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Danny Hilman Natwidjaja mengungkapkan penelitian itu juga sudah dipresentasikan di depan Menteri Koordinator Bidang Maritimd dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Baca Juga:
Pemkot Semarang dan BRIN Sukses Budidayakan Varietas Bawang Merah Lokananta Maserati
"Jadi April kemarin itu saya sempat persentasi di depan Pak Luhut, dia yang meminta, dia ingin tahu juga karena dengar dari salah satu stafnya," kata Danny, melansir CNNIndonesia.com, Selasa (26/9/2023).
"Katanya sih mau dibantu untuk survei lebih lanjut pakai LiDar, Georadar, Geolistrik. Tapi ada alasan administrasi sehingga rada susah karena Kemenko Marves kan bukan lembaga riset," sambungnya.
Danny menuturkan bahwa penelitian piramida itu masih dalam tahap awal. Ia mengaku tak sengaja menemukan jejak piramida kala tengah meneliti jalur gempa di sana.
Baca Juga:
Fenomena Langka: Badai Matahari Dahsyat Hantam Bumi, Indonesia Waspada
Dia mengatakan kalau struktur batuan piramid itu terbilang besar dengan tinggi hingga 120 meter, yang menempel ke bukit lapisan Toba.
"Bentuknya seperti piramid, meskipun setengah bodi dia menempel ke bukit lapisan Toba tuff (batuan berpori hasil abu vulkanik, red) itu yang umurnya 74 ribu tahun," tuturnya.
Menurutnya, hipotesis awal menunjukkan bahwa struktur itu adalah piramida terkait dengan geomorfologi kawasan tersebut.
"Jadi ketika saya melihat ini, saya langsung curiga, ini kayaknya bukan alamiah nih. Ya sudah langsung saya datengin dan ternyata bukan," tuturnya.
Danny akan meneliti lebih mendalam untuk mengetahui struktur dan usia piramida di Danau Toba. Hal itu lantaran belum ada satu penelitian pun yang mendalami temuan piramida tersebut.
"Penelitian sebelumnya juga belum ada. Kalau kita lihat dari penemuan arkeolog besar ini mungkin yang pertama sejak zaman kemerdekaan," tuturnya.
Berbeda dengan penemuan Candi Borobudur, Danny mengatakan para ahli sudah menemukan dan melakukan penelitian sebelum zaman kemerdekaan, bahkan pada saat Belanda masih menjajah Indonesia.
Kini, Danny mengklaim bahwa ia merupakan penemu pertama struktur piramida tersebut yang paling fenomenal karena memiliki struktur dan susunan batu yang besar.
"Padahal sebetulnya lokasinya kalau ada kesempatan ke sana, itu enggak tersembunyi di hutan. Engga. Itu di satu wilayah yang luas, di kenal orang. Orang di situ ada Istana Sisingamangaraja kok di lembah itu," tuturnya.
"Jadi sudah banyak ahli geologi dan arkeologi yang sudah ke sana. Tapi ya itu herannya piramida ini tidak ada yang lihat," sambung dia.
Ia menyebut piramida itu seperti bunglon karena struktur susunan bangunan tersamarkan oleh pohon dan belukar yang tumbuh di atas susunan batu.
Berdasarkan kesaksian warga sekitar, kata Danny, bahwa warga menganggap susunan batu itu merupakan peradaban para leluhur yang ditinggalkan begitu saja. Kemudian di samping piramid dijadikan makam oleh warga sekitar.
Dia menjelaskan bahwa penduduk di sekitar menjuluki piramida itu sebagai bukit A, yang merupakan bukti bahwa susunan piramida itu membentuk segitiga seperti huruf 'A'.
Soal usianya, Danny mengaku menyatakan itu belum bisa dipastikan. "Belum," ucapnya singkat.
Mirip Gunung Padang
Danny juga mengungkapkan bahwa susunan piramida ini memiliki kesamaan dengan Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Di antaranya, dalam hal penyusunan batu dan teras.
Bedanya, piramida Toba struktur ini masih utuh. Sementara, Gunung Padang cuma utuh di bagian di puncaknya.
"Kalau ini (Piramid Toba) dari atas sampai ke bawah masih utuh," tuturnya.
Kendati demikian, menurutnya, ada sedikit perbedaan dari jenis bebatuan. Di Gunung Padang memiliki jenis yang batu panjang, sedangkan di piramida ini memiliki karakter bebatuan yang membulat bahkan cenderung lebih besar.
Kini Danny masih menunggu proses administrasi di BRIN untuk melakukan penelitian. Jika sudah selesai, ia dan tim akan melakukan studi tahap awal sekitar beberapa bulan untuk mengetahui struktur dan usia piramida tersebut.
"Kita masih tunggu biayanya. Mudah-mudahan dalam beberapa bulan ke depan ini sudah ada pembiyaanya lah sehingga kita bisa langsung survei," tutupnya.
Gunung Padang hingga kini masih memicu kontroversi terutama karena metode penelitiannya yang agak jauh dari ilmiah.
Situs ini mencuat pada 2011 berdasarkan wangsit Turangga Seta yang menyebut ada piramida berisi gerbong emas di bawah situs Gunung Padang.
Pemerintah meresponsnya dengan membentuk Tim Nasional Penelitian Situs Gunung Padang. Penggalian dilakukan dengan mengerahkan prajurit TNI dengan menggunakan linggis dan bor, alat yang tak lazim dalam penggalian arkeologis.
Arkeolog Balai Arkenas, Bagyo Prasetyo, menolak mengatakan Situs Gunung Padang berbentuk piramida.
"Situs Gunung Padang merupakan undak tanah diperkuat dengan bongkahan batu," kata dia dalam Seminar Arkeologi Situs Gunung Padang di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia tahun 2014 lalu.
Hingga kini, tak ada kesimpulan meyakinkan soal studi ilmiah situs ini.
[Redaktur: Alpredo Gultom]