"Fenomena ini memang terjadi pada kondisi tertentu. Dia muncul ketika adanya pembiasan atmosfer di partikel hidrometeorologis atau partikel basah seperti es. Sehingga ini akan membiaskan matahari di permukaan bumi yang muncul seperti pola matahari menjadi dua. Dan ini biasanya terjadi pada peralihan musim hujan ke kemarau. Jadi hal ini adalah hal biasa," kata Yudha, melansir detikSumut.
Menurut Yudha, fenomena matahari kembar tersebut dalam bidang ilmu pengetahuan dikenal sebagai sun dog.
Baca Juga:
Kasus Polisi Tembak Polisi, Kapolda Sumbar Irjen Suharyono Terancam Dicopot
Yudha menjelaskan bahwa kejadian sun dog memiliki karakteristik yang serupa dengan fenomena lainnya seperti halo matahari dan cincin matahari.
"Ini adalah fenomena biasa. Sun dog memiliki karakteristik sama dengan fenomena halo matahari dan matahari cincin. Karena ini kejadian jarang, pasti dikaitkan dengan kejadian bencana atau kondisi yang mengerikan lainnya. Secara ilmiah itu tidak ada pembuktiannya (akan muncul bencana). Jadi ini adalah fenomena biasa," ungkapnya.
Fenomena Sun Dog ini bukan kali pertama muncul di dunia. Beberapa negara di dunia seperti Kazakhstan, Mongolia, dan Rusia pernah mengalami hal serupa.
Baca Juga:
Kenang Ryanto Ulil, Brigjen TNI Elphis Rudy: Saya yang Antar Dia Jadi Polisi, Kini Antar ke Peristirahatan Terakhir
Fenomena ini bisa juga dipicu adanya kumpulan cahaya tambahan di kedua sisi matahari. Kumpulan cahaya tersebut dapat berbentuk seperti bola yang membuat refleksi seolah-olah ada matahari tambahan.
Pada tahun 2016, di Kota Kazan, Rusia, tercatat kejadian fenomena Sun Dog yang menampilkan matahari yang terlihat dalam tiga bentuk.
Fenomena Sun Dog ini terjadi secara ilmiah ketika sinar matahari melewati kelompok lempeng es kristal berbentuk heksagonal.