Bergeser ke Januari, monsun Asia bekerja maksimal dengan hembusan angin yang tak hanya kencang, tetapi juga meluas ke seluruh perairan dalam seperti Selat Karimata, Laut Jawa, Laut Maluku, Laut Halmahera, hingga Laut Banda.
Kecepatan angin di perairan meningkat di atas 18,5 km/jam (>10 knot), membuat laut menjadi lebih bergejolak dengan gelombang tinggi bisa lebih dari 1 meter.
Baca Juga:
Gempa Aceh M 6,3 Terasa Kuat di Karo hingga Sidikalang
Pada Februari, monsun Asia biasanya telah melemah dengan penurunan kecepatan angin di perairan Indonesia, sehingga gelombang juga berangsur turun.
Meski demikian, aktivitas di perairan perlu tetap waspada, khususnya wilayah yang terhubung langsung dengan Samudra karena gelombang belum sepenuhnya reda.
Selain monsun, sistem atmosfer dan laut di Indonesia juga dipengaruhi beberapa fenomena seperti ENSO dan IOD yang punya periode tahunan.
Baca Juga:
Indonesia Tak Lagi Aman dari Siklon Tropis, BMKG Ingatkan Warga Waspada
Selain itu, ada juga gelombang atmosfer seperti MJO, Kelvin dan Rossby yang punya periode mingguan-bulanan.
Ada juga fenomena angin darat dan angin laut dengan periode harian, serta fenomena lain seperti Cold Surge (seruakan dingin), Borneo Vortex, hingga siklon tropis.
Semua fenomena tersebut berperan besar dalam membentuk kondisi cuaca di wilayah Indonesia.