WahanaNews.co, Jakarta - Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, blak-blakan soal minimnya logistik kampanye pemilu presiden (pilpres) yang dimilki dirinya dan calon presiden (capres) Anies Baswedan.
Muhaimin bilang, tak ada konglomerat yang menyumbang sehingga ia dan Anies tidak mempunyai banyak logistik, bahkan mengalami kekurangan.
Baca Juga:
Bawaslu Perintahkan KPU Tetapkan 2 Kader PKB yang Dibatalkan sebagai Calon Legislatif Terpilih
"Kami berdua tidak ada yang nyumbang, konglomerat enggak ada yang nyumbang sehingga kami kekurangan logistik kaus, baliho, kekurangan," kata Muhaimin saat bertemu dengan para petani anggrek di Kota Batu, Malang, Jawa Timur, Minggu (31/12/2023).
Meski demikian, Cak Imin, demikian sapaan akrabnya, mengaku tidak khawatir. Sebab, tanpa sumbangan dari konglomerat pun, para relawan, simpatisan dan pendukung bisa bergerak secara swadaya.
"Saya tidak khawatir, masyarakat bergerak sendiri," kata Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.
Baca Juga:
Cak Imin Kembali Pimpin PKB hingga 2029
Curhat Cak Imin ini diamini oleh Nasdem, salah satu partai anggota Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang mengusung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar sebagai capres-cawapres Pemilu 2024.
Bendahara Umum Partai Nasdem Ahmad Sahroni mengatakan, nihilnya sumbangan dari konglomerat ke pasangan Anies-Muhaimin bukanlah sebuah masalah.
"Enggak masalah, lillahi ta'ala saja kita," ujar Sahroni saat dimintai konfirmasi, Selasa (2/1/2024).
Kendati minim logistik, Sahroni mengeklaim, elektabilitas Anies-Muhaimin terus mengalami peningkatan menurut survei sejumlah lembaga. Artinya, keterbatasan sumbangan tak membuat upaya pemenangan pasangan capres-cawapres nomor urut 1 itu surut.
"Hanya mukjizat dari Allah SWT yang bisa lakukan pada hal-hal yang enggak mungkin," ujarnya.
Sementara, Ketua DPP Partai Nasdem Effendi Choirie menyebut, logistik Anies-Muhaimin selama Pilpres 2024 berasal dari Allah dan rakyat.
Menurut Effendi, besarnya semangat perubahan yang disuarakan oleh rakyat menjadi kekuatan tersendiri bagi pihaknya.
"Untuk memenangkan pertarungan pilpres, jangan lagi berpikir, bermimpi, berharap logistik dari oligarki ekonomi, dari konglomerat. Tapi mengandalkan logistik dari rakyat dan Tuhan Allah SWT," kata Effendi saat dikonfirmasi, Selasa (2/1/2024).
"Karena itu, dua kekuatan logistik yang luar biasa itu harus disinergikan. Gerakan rakyat dan gerakan doa," imbuhnya.
Terpisah, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Nasdem Hermawi Taslim menyebut, logistik memang salah satu faktor yang penting dalam kontestasi Pilpres 2024. Namun, menurutnya, logistik bukan segalanya.
"Bagi Amin (Anies-Muhaimin), rakyatlah yang utama, rakyat yang berdaulat, rakyat yang tidak bisa dibayar, rakyat yang mengedepankan hati nurani," kata Hermawi.
Lagipula, kata dia, kubu Anies-Muhaimin memandang konglomerat sama saja dengan rakyat. Baik konglomerat maupun rakyat biasa hanya memiliki satu hak suara.
"Kami tidak berkecil hati tidak disumbang oleh konglomerat," ucapnya.
Hermawi bilang, tidak adanya konglomerat yang menyumbang justru membebaskan Anies-Muhaimin dari utang budi dan beban moral jika keduanya terpilih sebagai presiden dan wakil presiden RI.
"Jadi curhatan Cak Imin di atas merupakan ketegasan atas idealisme dan ketegaran kami untuk memastikan bahwa pilpres akan kami perjuangkan berlangsung tanpa politik uang," tuturnya.
Memang, ketimbang dua capres-cawapres pesaingnya, Anies-Muhaimin mencatatkan dana awal kampanye paling minim.
Menurut catatan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 20 Desember 2023, dana awal kampanye pasangan mantan Gubernur DKI Jakarta dan Wakil Ketua DPR RI itu hanya Rp 1 miliar.
Sementara, pada periode yang sama, capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, mencatatkan dana kampanye Rp 31.438.800.000.
Lalu, dana kampanye capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, mencapai Rp 23.375.920.999.
Kala itu, Muhaimin mengharapkan agar partai anggota Koalisi Perubahan, baik Nasdem, PKB, maupun Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dapat lebih banyak membantu.
"Kayak PKB ini, kan terus meminta (urunan) kepada seluruh pengurus, eksekutif legislatif untuk berpartisipasi," kata Cak Imin saat ditemui di Semarang, Jawa Tengah, Minggu (24/12/2023).
Untuk menambal dana awal kampanye yang cekak, kata Imin, tim pemenangannya sempat berencana membuat penggalangan dana untuk menampung sumbangan dari simpatisan.
Namun, capres pasangan Imin, Anies Baswedan, tak setuju lantaran khawatir pertanggungjawabannya sulit. Ketimbang penggalangan dana ke tim pemenangan, Anies mendorong simpatisan menghimpun urunan untuk kampanye di daerah masing-masing.
"Misalnya kita datang ke satu kabupaten, teman-teman yang menyelenggarakan (acara kampanye), cari donasi di lingkungan itu, akuntabilitasnya menurut Mas Anies lebih bagus," ujar Muhaimin.
Sementara, belum lama ini Anies menyatakan bahwa dirinya hanya “bermodal dengkul” untuk berkampanye Pilpres 2024. Anies mengaku tak sanggup membuat banyak baliho, sehingga harus keliling langsung untuk berkampanye ke masyarakat.
"Modal kita itu dengkul plus. Dengkul plus itu artinya modalnya jalan saja keliling kemana-mana. Kalau yang punya uang banyak itu enggak pergi-pergi. Yang pergi-pergi itu balihonya. Balihonya di mana-mana, orangnya enggak di mana-mana," ujarnya saat menghadiri Haul Ahmad Sufyan Miftahul di Pondok Pesantren Mambaul Hikam, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (28/12/2023).
"Tapi kalau yang balihonya enggak di mana-mana dan orangnya ke mana-mana, pasti ini orangnya kurang. Jadi kita masuknya rombongan yang kedua, yang banyak pergi tapi balihonya kurang." sambung dia.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) ini bilang, kalaupun ada baliho Anies-Muhaimin yang terpampang di jalanan, pendaannya biasanya hasil dari swadaya masyarakat sekitar. Karena keterbatasan dana, kata Anies, baliho yang dipasang kerap kali hanya berupa lukisan tangan dan banyak yang tidak mirip dengan wajah aslinya maupun Muhaimin.
"Dan kalaupun banyak baliho di pasang, balihonya itu unik. Fotonya mirip Anies-Muhaimin. Kenapa? Karena dibuat swakarsa, swadaya, swadana," tuturnya.
Tampilan baliho juga biasanya tak menunjukkan warna khas partai Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Baliho sangat mungkin dicat dengan latar merah atau biru terang, warna yang identik dengan partai pendukung capres lain.
"Kan pendukungnya itu PKB hijau, Nasdem rada biru, PKS rada oranye, nah itu warnanya bisa merah bisa biru yang seberang. Pokoknya pasang spanduk. Tapi itulah perjuangan yang barangkali insya Allah gerakan orang-orang ikhlas ini nanti punya efek tular yang lebih besar," tutur Anies.
[Redaktur: Alpredo Gultom]