WahanaNews.co | Di mata pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno, naiknya elektabilitas Anies Baswedan menurut survei berbagai lembaga merupakan imbas deklarasi pencalonan presiden yang diumumkan Nasdem pada awal Oktober lalu.
Momentum deklarasi pencapresan Anies dinilai tepat karena berdekatan dengan lengsernya dia dari kursi Gubernur DKI Jakarta.
Baca Juga:
Daftar Lengkap 580 Anggota DPR Terpilih 2024-2029 Bakal Ikuti Pelantikan Hari Ini
"Memang elektabilitas Anies naik. Itu kan efek deklarasi. Momentum Anies ini kan desainnya luar biasa, sebulan sebelum lengser kan momentumnya mengarah ke Anies," kata Adi dilansir dari Kompas.com, Jumat (16/12/2022).
Namun demikian, Adi menduga, naiknya elektabilitas Anies merupakan euforia sesaat. Kini, publik mulai bosan dengan sosok mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu.
Sebabnya, narasi yang disampaikan Anies dalam setiap safari politiknya itu-itu saja. Anies juga tak melakukan manuver politik apa pun.
Baca Juga:
Hinca Panjaitan Pimpin Tim Pemenangan Bobby-Surya di Pilgubsu 2024
Sebagai figur yang lekat dengan citra oposisi, Anies hampir tidak pernah menentang atau mengkritisi kebijakan Presiden Joko Widodo secara terbuka. Padahal, basis massa Anies datang dari kalangan yang kontra terhadap Jokowi.
Sebaliknya, sebagai partai yang mendeklarasikan dukungan buat Anies, Nasdem justru menyebut bahwa capres mereka bakal melanjutkan program-program Jokowi.
Ini tak sejalan dengan gembar-gembor Nasdem yang mengeklaim partainya bersama Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bakal membentuk Koalisi Perubahan.
"Semuanya serba nanggung. Orang juga bosan. Mana nih poros perubahan? Mana antitesa Jokowi? Antitesa Jokowi kok tidak mau dihadap-hadapkan dengan Jokowi," ujar Adi.
"Di mana letak perubahannya? Kejutan-kejutan itu nggak ada setelah Anies dideklarasikan," tutur dia.
Memang, kata Adi, elektabilitas Anies kini melesat tinggi, bahkan melampaui Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Namun, tak seperti Anies yang sudah giat roadshow, Prabowo dan kandidat capres lainnya sama sekali belum melakukan safari politik.
Jika mesin politik kandidat capres lain mulai dipanaskan dan kerja-kerja politik sudah dijalankan, Adi yakin, elektabilitas figur-figur capres-capres lainnya juga bakal melonjak.
"Kalau itu dilakukan, beda ceritanya," kata Adi.
Melihat situasi ini, Adi menyebut, deklarasi pencapresan saja tidak cukup. Bersamaan dengan itu, parpol harus giat melakukan kerja-kerja politik untuk mendongkrak tingkat elektoral kandidat capres masing-masing.
"Kalau poros yang lain tiket pilpresnya nggak jelas, safari politik nggak dilakukan ya Anies yang akan menjadi satu-satunya matahari," tutur Adi.
Sebagaimana diketahui, elektabilitas Anies Baswedan melesat di urutan kedua menurut survei sejumlah lembaga. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menggeser posisi Prabowo Subianto di urutan ketiga.
Adapun Anies dideklarasikan sebagai capres Partai Nasdem pada Oktober lalu. Dua bulan sebelumnya, Prabowo mengumumkan kesiapannya maju sebagai capres Partai Gerindra.
Selain dua nama itu, sosok politisi PDI Perjuangan yang juga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga digadang-gadang menjadi capres. Malahan, nama Ganjar unggul dalam berbagai survei elektabilitas capres, melampaui Anies dan Prabowo.
Namun demikian, sejauh ini belum ada satu pun nama yang ditetapkan sebagai capres peserta Pemilu 2024. Pendaftaran capres baru akan dibuka pada Oktober 2023. [eta]