WahanaNews.co | Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam mengungkapkan, koalisi Gerindra-PKB terancam bubar jika partai berlambang kepala Burung Garuda itu merapat ke PDI-P.
Pasalnya, PKB memasang target optimal untuk mengusung Muhaimin Iskandar sebagai kontestan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Baca Juga:
Pasca Dilantik Jadi Anggota DPR RI, H Sudjatmiko Tasyakuran Bareng Tim Pemenangan
"Kemungkinan bersatunya Gerindra dan PDI-P masih sangat terbuka. Apalagi deklarasi koalisi Gerindra-PKB belum menetapkan nama Cawapres. Artinya, ruang negosiasi masih terbuka," kata Umam pada wartawan, Selasa (6/9/2022).
Ia menuturkan, PKB semestinya bisa mengantisipasi situasi semacam ini dengan mengunci posisi calon wakil presiden saat mendeklarasikan koalisi.
Dengan begitu, Umam melihat deklarasi tersebut sama halnya dengan memberi cek kosong.
Baca Juga:
Daftar Lengkap 580 Anggota DPR Terpilih 2024-2029 Bakal Ikuti Pelantikan Hari Ini
"Bargaining position-nya dihadapan mitra koalisi rendah dan tidak setara. Ibarat membeli kucing dalam karung, dengan skema koalisi yang ada saat ini, PKB harus siap hati untuk kecewa," jelas dia.
Membuka ruang negosiasi duet Prabowo-Puan
Umam menjelaskan, pertemuan Prabowo-Puan tentu akan membuka kembali ruang negosiasi duet keduanya.
Menurutnya, negosiasi tersebut masih relevan karena koalisi Gerindra-PKB belum menetapkan nama cawapres, sehingga kemungkinan menggeser nama Cak Imin masih terbuka.
Kendati demikian, ia menilai negosiasi berpotensi alot jika PDI-P menghendaki skema Puan-Prabowo, mengingat Gerindra telah menetapkan standar pencapresan Prabowo.
"Tapi skema trade off tetap memungkinkan dilakukan mengingat masing-masing memiliki kelebihan dan kekuarangan yang bisa saling mengisi," ujarnya.
"PDI-P memiliki elektabilitas dan mesin politik prima, sedangkan Prabowo memiliki elektabilitas besar meskipun kekuatan Gerindra tak sebesar PDI-P," lanjutnya.
Tak bisa dipungkiri, bergabungnya dua partai itu tentu akan menjanjikan mesin politik yang besar.
Mengingat dinamika koalisi yang ada, Umam mengatakan bahwa negosiasi antara Gerindra-PDI-P ini merupakan kesempatan terakhir bagi keduanya.
Terlebih, pernyataan tentang angka 13 sebagai angka keberuntungan Prabowo itu tampaknya menjadi pesan politik dari Prabowo untuk mengajukan proposal koalisi dengan skema pasangan Prabowo-Puan.
"Meskipun angka 13 ala Prabowo itu berangkat dari logika 'otak-atik gathuk' yang ia hubungkan dengan satuan Batalyon 328 (total 13) yang dulu pernah ia pimpin, namun angka 13 itu berada di baris kedua dalam seri nomor mobil Puan, yakni 1858," kata dia.
"Artinya, Prabowo ingin melamar Puan untuk mengoptimalkan potensi kemenangannya di Pilpres 2024 mendatang," tutupnya.
Puan kunjungi Prabowo di Hambalang
Diberitakan sebelumnya, kunjungan Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Puan Maharani ke kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Hambalang, Bogor, Jawa Barat pada Minggu (4/9/2022) membuka peluang koalisi kedua partai.
Bahkan kedua tokoh itu menyampaikan keterbukaannya untuk berpasangan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Baik Puan maupun Prabowo, keduanya menilai segala kemungkinan masih bisa terjadi jelang Pemilu 2024.
Diketahui Partai Gerindra sebelumnya telah mendeklarasikan berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk menghadapi Pilres 2024.
Dalam penandatanganan piagam deklarasi koalisi disepakati lima poin kerja sama, salah satunya pengusungan capres-cawapres ditentukan oleh Prabowo dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Namun, PKB dan Gerindra masih belum menentukan keputusan pencapresan. Gerindra mencalonkan Prabowo sebagai capres, dan PKB tetap dengan pilihan mendukung Muhaimin. [rin]