WahanaNews.co | Survei Calon Presiden (Capres) 2024 yang diselenggarakan Litbang Kompas ternyata menunjukkan nama Joko
Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto memiliki elektabilitas tertinggi
dibandingkan nama-nama tokoh lainnya.
Hasil survei tersebut membuat Direktur
Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, menyambut dengan suka cita.
Baca Juga:
Usulkan Hapus Pilgub, Qodari: Gubernur Ditunjuk Presiden
Pasalnya, M Qodari adalah deklarator
Jokowi-Prabowo versus kotak kosong di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
M Qodari pun menilai bahwa melalui
pertanyaan terbuka yang ditanyakan langsung kepada masyarakat, hasilnya
membuktikan bahwa kepemimpinan Republik Indonesia ke depan dalam imajinasi
politik masyarakat Indonesia masih pada dua nama, yaitu
Jokowi dan Prabowo.
"Senang sekali dengan hasil
survei ini, karena survei ini membuktikan statement
saya, kepercayaan saya, bahwa imajinasi politik masyarakat Indonesia tentang
pemimpin Republik itu, yang tepat memimpin Republik ini masih pada dua nama, yaitu Pak Jokowi dan Pak Prabowo," jelas M Qodari, dalam keterangannya, Selasa (4/5/2021).
Baca Juga:
Jokpro 2024 Tarik Nafas Lega Usai Surya Paloh Bicara soal Jokowi
Namun, meski nama Jokowi dan Prabowo
di puncak survei, M Qodari menjelaskan bahwa konstitusi sekarang, jabatan
Presiden masih dibatasi hanya dua periode saja.
Akan tetapi, kalau
diadakan amendemen UUD 1945, dan presiden diperbolehkan menjabat tiga
periode, M Qodari menyebut
Presiden Jokowi berpeluang terpilih kembali.
"Akan tetapi, kalau misalnya bisa diadakan perubahan menjadi 3 periode, maka yang akan paling kuat tetap Pak Jokowi," jelas M
Qodari.
Dalam bayangan M Qodari, bila Jokowi
dan Prabowo bergabung dengan didukung oleh mayoritas partai politik pada 2024
mendatang, maka kemungkinan besar pasangan ini akan berhadapan dengan kotak
kosong.
Pengamat politik ini pun optimistis,
hal itu akan menuai dukungan dari masyarakat yang sangat kuat untuk
kepemimpinan nasional.
"Pasangan ini bukan hanya
berhadapan kemungkinan besar dengan kotak kosong, karena
partai-partai kemudian bersikap realistis, tetapi juga kemudian dukungan
masyarakat itu akan sangat kuat kepada kepemimpinan nasional, karena memang
mereka (Jokowi dan Prabowo) ada di hatinya masyarakat," ungkap M Qodari.
Kalau masyarakat Indonesia menghendaki
Jokowi dan Prabowo, maka bukalah pintu perubahan amandemen UUD 1945 untuk
memberikan jalan kedua putra terbaik bangsa itu maju.
"Jangan sampai menyodorkan
pemimpin dalam Pilpres nanti yang tidak ada dukungannya atau tidak ada di hati
masyarakat, nanti dukungannya lemah," jelas M Qodari.
"Kalau partai politik tidak
mengajukan Pak Jokowi, Pak Prabowo, maka ibaratnya partai politik itu kalau
menyajikan makanan di atas piring itu makanannya nggak enak, mayarakat itu
nggak suka, kalau nggak suka ya nggak akan didukung," bebernya.
M Qodari pun mengungkapkan, hasil
survei Litbang Kompas ini harus
dijadikan masukan oleh para elite partai mengenai kepemimpinan nasional 2024
yang akan datang.
Survei ini penting sebagai indikator
bahwa tetap saja yang paling banyak didukung oleh mayarakat Indonesia adalah
Jokowi dan Prabowo.
"Survei ini menguatkan tesis saya
bahwa kepemimpinan nasional akan sangat kuat apabila Jokowi dan Prabowo itu
bergabung menjadi jadi satu. Karena beliau berdua ini adalah orang yang paling
banyak didukung oleh masyarakat Indonesia," kata M Qodari.
Sementara itu, berdasarkan hasil
survei, sebanyak 24 persen masyarakat Indonesia diprediksi akan kembali memilih
Joko Widodo untuk menjadi Presiden, disusul Prabowo Subianto sebesar 16,4
persen, dan Anies Baswedan (10 persen).
Sementara, delapan nama lainnya
memiliki elektabilitas di bawah 10 persen, yakni
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (7,3 persen); Komisaris Utama Pertamina, Basuki
Tjahaja Purnama (3,1 persen); Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, Sandiaga Uno (3,3 persen). [dhn]