WahanaNews.co | Ketua DPP PDI Perjuangan, Djarot
Saiful Hidayat, menilai, Calon Wali Kota Surabaya Machfud Arifin (MA) menggunakan
strategi Belanda saat zaman kolonialisme ketika menjajah Indonesia.
Menurut
Djarot, strategi itu ialah devide et
empire ala kolonialisme Belanda yang memecah belah kelompok lain. Seperti
caraMachfud Arifin mengakuisisi politikus PDIP di Surabaya, Jagad
Hariseno dan Mat Mochtar.
Baca Juga:
MK Koreksi Total Jadwal Pemilu, Pemilih Tak Lagi Harus Mencoblos 5 Kotak Sekaligus
"MA
telah melakukan politik devide et empire
ala kolonialisme Belanda. Politik pemecah belah selama masa kolonial selalu
dilawan oleh seluruh anak bangsa, termasuk NU, Muhammadiyah, dan PNI saat itu," kata Djarot, dalam keterangan yang diterima pada Kamis (19/11/2020).
"Jadi
rasanya kurang elok kalau tim MA menjalankan politik adu domba, termasuk apa
yang dilakukan oleh Mat Mochtar. Sebab itu cara kolonial yang ditantang
arek-arek Surabaya," imbuhnya.
Djarot
menjelaskan, pihaknya telah memecat Mat Mochtar karena perilakunya yang tidak
terpuji.
Baca Juga:
Pemilihan di Daerah Mundur ke 2031, Ini Putusan Mengejutkan MK soal Pilkada dan DPRD
Ia
meminta Mat Mochtar memiliki kesadaran berorganisasi bahwa PDIP telah memilih
Eri Cahyadi - Armudji sebagai pasangan yang didukung di Pilkada Surabaya
2020.
"Saya
tahu persis bagaimana sebelum mengambil keputusan Ibu Megawati melakukan
kontemplasi," kata Djarot.
"Bahkan
saat itu agar keputusan benar-benar sesuai harapan rakyat Surabaya, sebulan
sebelum Eri-Armudji diumumkan, Ibu Mega tidak mau terima tamu, termasuk
Bu Risma," tambahnya.
"Dengan
demikian, keputusan benar-benar jernih, tulus, untuk masa depan Kota
Surabaya," tegas Djarot.
Oleh
karena itu, Djarot Syaiful Hidayat meyakini, ketika Eri-Armudji dikepung dengan
lawan yang memiliki begitu banyak logistik dan dana, Surabaya justru makin
bersatu.
Ketua DPD
PDIP Sumut ini menilai, Eri makin kuat dan masyarakat Surabaya memiliki keberanian
untuk memilih pemimpin muda yang jujur, berpengalaman, serta visioner.
"Jadi
ketika Surabaya dikepung, seperti halnya ketika sekutu mengepung Surabaya,
perlawanan rakyat untuk mendukung pemimpin yang baik akan makin kuat,"
kata Djarot, menambahkan.
Mantan Wali Kota
Blitar itu melihat, Machfud tidak memiliki kepemimpinan mumpuni. Hal itu melihat
dari pikiran Machfud dalam debat kandidat dengan kubu Eri.
"Debat
tadi malam menunjukkan kualifikasi kepemimpinan Eri-Armudji, berhadapan dengan
Mahfud Arifin yang lebih kedepankan retorika tetapi tidak memahami persoalan
tata kota, investasi, dan juga manajemen pemerintahan baik," ujar Djarot. [dhn]