WahanaNews.co | Hakim anggota Kolonel Chk Surjadi Syamsir heran terhadap kelakuan terdakwa Kolonel Priyanto yang melakukan perbuatan keji dengan membuang sejoli Handi Saputra (18) dan Salsabila (14) ke sungai Serayu, Banyumas, Jawa Tengah. Hakim Surjadi menilai Priyanto, yang sudah malang melintang di dunia militer, seharusnya bisa berpikir jernih.
"Kalau panik, sebagai seorang kolonel yang malang melintang di dunia militer, tugas operasi, bahkan sempat danramil, seharusnya kan berpikiran jernih, berpikir waras saat itu, apalagi Dwi Atmoko sempat mengatakan ini dicari nanti orang tuanya," kata hakim anggota Kolonel Chk Surjadi Syamsir saat sidang pemeriksaan terdakwa Priyanto di Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta, Cakung, Jakarta Timur, Kamis (7/4/2022).
Baca Juga:
45 Kolonel Pecah Bintang, Termasuk Haposan Siahaan, Joni Pardede, Rudi Surbakti, dan Imanuel Pasaribu
Hakim Surjadi heran Kolonel Priyanto lebih kasihan kepada anak buahnya ketimbang korban. Hakim bertanya apakah di lubuk hati Priyanto tidak ada rasa kasihan kepada korban.
"Tidak muncul itu rasa kok malah kasihan sama anggota daripada kasihan sama korban? Tidak punya rasa kasihan sama korban?" tanya hakim.
Kolonel Priyanto berdalih saat itu dia berpikir kedua korban sudah meninggal dunia. Hakim bertanya lagi apakah saat Handi-Salsa meninggal, rasa iba itu juga hilang. Priyanto membenarkan hal itu dan menyebut saat itu dia sudah panik.
Baca Juga:
Dua Jabatan Pimpinan Tinggi Bakamla RI Diserahterimakan
"Siap, saya berpikir korban sudah meninggal," ujar Priyanto.
"Jadi, walaupun sudah meninggal, tidak punya pikiran juga?" tanya hakim.
"Siap, karena saya sudah panik," jawab Priyanto.
"Jadi Terdakwa tidak memikirkan kondisi korban saat itu? Tidak memikirkan ya?" tanya hakim lagi.
"Siap," tegas Priyanto.
Priyanto lalu berkata seandainya Handi-Salsa masih hidup saat insiden tabrakan waktu itu, mungkin akan lain lagi ceritanya. Priyanto mengira Handi-Salsa meninggal di tempat.
"Kami karena panik itu, sudah panik, kalau sudah tidak punya lagi pikiran sudah, otak ini sudah bukan otak normal Yang Mulia, mungkin dalam situasi yang normal misalnya tidak..., tabrakan masih hidup atau masih berdiri, mungkin lain lagi, tapi ini meninggal, mati di bawah kolong otomatis kaget, stres. Saya tidak pernah ngalamin seperti itu," ungkapnya. [rin]