WahanaNews.co | Para teroris yang
dianggap terlibat dalam kasus Bom Bali I dan Hotel JW Marriott Jakarta akan
segera diproses hukum oleh militer Amerika Serikat (AS).
Kasus penyelidikan atas peristiwa serangan bom di Indonesia pada tahun 2002 dan 2003 itu belum sepenuhnya berakhir.
Baca Juga:
2 Terduga Teroris Ditangkap Densus 88 di Bekasi
Departemen Pertahanan AS,Pentagon,mengumumkan,
Kamis
(28/1/2021) lalu waktu setempat,
mereka
akan melaksanakanpengadilan militeratas tiga orang pelaku kasus Bom Bali I dan Hotel JW Marriott Jakarta.
Tiga orang tersebut akan didakwa terlibat dalam serangan bom
pada tahun 2002-2003 tersebut.
Mereka adalah Encep Nurjaman alias
Hambali, Muhammad Nazir bin Lep, dan Muhammad Farik bin Aman.
Baca Juga:
Densus 88 Gagalkan Teror Besar di Singapura,Tersangka Utama Ditangkap di Gorontalo
Hambali diduga merupakan pemimpin dari gerakan Jama'ah
Islamiyah, yang merupakan cabang dari Al-Qaeda di Asia Tenggara.
Melansir situs berita wuky.org,
media berita dari University of Kentucky, Hambali dan dua tersangka teroris lainnya itu
sudah hampir 20 tahun berstatus sebagai tersangka.
Mereka ditahan oleh AS sejak 2003 di Thailand, lalu dipindahkan
ke kamp militer AS di Teluk Guantanamo, Kuba,
pada tahun 2006.
Ketiganya dituduh merencanakan dan membantu melaksanakan
serangan mematikan pengeboman klub malam di Bali tahun 2002 yang membunuh 202
korban.
Setahun kemudian,
mereka beraksi kembali melakukan
pengeboman di Hotel JW Marriott Jakarta, menewaskan 11 orang dan lusinan lainnya mengalami luka-luka.
Kasus terhadap ketiganya dilaporkan ditunda selama pemerintahan Donald Trump, setelah
pejabat militer menolak kalau hanya menghukum
ambali.
Pentagon tampaknya akan melanjutkan pengadilan militer terhadap ketiganya di bawah pemerintahan Joe Biden. Belum
jelas,
apa
yang menyebabkan
perubahan ini.
Kamis lalu, pejabat senior militer menyetujui daftar dakwaan
resmi non-kapital yang dihadapi ketiga pria tersebut.
Termasuk di dalamnya persekongkolan, pembunuhan, percobaan
pembunuhan dan dengan sengaja menyebabkan luka tubuh yang serius.
Termasuk juga tindakan terorisme, menyerang warga sipil, merusak benda-benda sipil,
properti dan fasilitas umum, yang disebutkan Pentagon semuanya melanggar hukum
perang.
Jaksa militer sebelumnya sudah memasukkan tuntutan atas mereka
ke komisi militer di Guantanamo.
Namun Pentagon yang memegang otoritas atas persidangan tahanan
di Guantanamo belum
memberikan lampu hijau untuk laksanakan persidangan.
Mengenai proses militer di Guantanamo sendiri, sebenarnya sudah mangkrak bertahun-tahun, karena berbagai halangan hukum dan kesulitan
logistik untuk melaksanakan persidangan di sebuah pangkalan militer terpencil.
Salah satu yang paling terkenal adalah persidangan terhadap lima
orang yang didakwa atas serangan teroris di New York pada 11 September 2001.
Namun sidang itu berhenti di tengah jalan khususnya di tahap
pra-persidangan sejak jaksa militer membacakan dakwaan terhadap orang-orang
tersebut pada bulan Mei 2012.
Sampai sekarang, Pentagon belum menetapkan tanggal persidangan
lanjutan bagi mereka.
Saat ini, militer
AS menahan 40 orang di Kamp Guantanamo.
Presiden AS,
Joe Biden,
dulunya menyatakan ingin menutup pusat penahanan militer di tempat itu, tapi belum
ada rencana darinya untuk fasilitas tersebut.
Kamp militer tersebut termasuk salah satu penjara paling
mengerikan di dunia.
MengutipNew York
Times, di penjara Guantanamo sudah
sering terjadi "program
penyiksaan"
oleh CIA, kelompok mata-mata dan intelijen AS.
Salah satu tahanan Guantanamo bernama Abu Zubaydah, warga kebangsaan Arab Saudi
yang ditahan di Pakistan sejak Maret 2002 atas tuduhan sebagai letnan senior
Osama bin Laden dan anggota senior posisi ketiga/keempat di Al Qaeda,
membeberkan berbagai penyiksaan yang ia terima di Guantanamo.
Penyiksaan itu ia terima saat ia ditahan selama 4 tahun di
tempat tersebut.
Abu Zubaydah menggambarkan dengan sketsa-sketsa mengerikan,
salah satunya tunjukkan satu tahanan telanjang dan diikat ke brankas kasar,
seluruh tubuhnya terkepal saat ia hampir ditenggelamkan oleh interogator yang
tidak terlihat.
Sementara yang lainnya tunjukkan pergelangan tangannya diborgol
ke jeruji tinggi di atas kepalanya sampai ia terpaksa berjinjit karena sangat
tinggi, lengkap dengan luka panjang dijahit di kaki kiri dan jeritan keluar
dari mulutnya.
Ada lagi gambaran seorang penculik membenturkan kepalanya ke
dinding.
Nyatanya, hal itu adalah yang disebut teknik interogasi yang
ditingkatkan, digunakan AS untuk pengejaran Al Qaeda di penjara rahasia di luar
negeri setelah serangan 11 September 2001.
Program interogasi tersebut mendapat persetujuan oleh
administrasi Presiden George W Bush kala itu.
Zubaydah menjelaskan jika teknik-teknik itu juga digunakan
padanya di sebuah situs hitam CIA di Thailand, Agustus 2002.
Baru lebih dari 10 tahun kemudian, Senat AS temukan jika CIA
berbohong mengenai efektivitas dan brutalitas program tersebut, administrasi
Obama akhirnya membubarkan program tersebut.
Ironisnya, tuduhan atas Zubaydah sebagai letnan senior Al Qaeda
rupanya tidak benar.
Kemudian setelah perdebatan internal apakah Zubaydah bersedia
datang ke interogator FBI, FBI justru menyewa dua psikolog kontrak CIA untuk
membuat program mengerikan.
Program itu melibatkan kekerasan, isolasi, kurang tidur untuk
lebih dari 100 pria di situs rahasia tersebut, yang beberapa digambarkan
sebagai ruang bawah tanah. [dhn]