WahanaNews.co | Aktivis Veronica Koman menyinggung perbedaan sikap pemerintah
Indonesia dalam menyikapi desakan menyelesaikan masalah Papua dan
merespons kudeta di Myanmar.
Menurutnya, langkah Indonesia dalam
menyikapi kudeta Myanmar sejauh ini bagus, namun tidak ketika menyikapi isu
Papua.
Baca Juga:
Polisi Beberkan Hasil Labfor Peledak di Rumah Ortu Veronica Koman
"Lucu, Indonesia tidak
mengindahkan desakan internasional untuk supaya menyelesaikan konflik di Papua,
tapi bisa berani untuk Myanmar sebetulnya langkah yang bagus," kata
Veronica, dalam webinar yang digelar Milk
Tea Alliance Indonesia, Minggu (28/2/2021) malam.
Dia menerangkan, masyarakat Indonesia
tidak boleh bersikap cuek dalam menyikapi isu kudeta di Myanmar.
Pasalnya, menurut dia, situasi yang
terjadi di Myanmar bisa saja terjadi di Indonesia.
Baca Juga:
Grab Bantah Mitranya Terlibat Meneror Ortu Veronica Koman
"Menurut saya, masalah kudeta di Myanmar urusan bersama, tidak berarti bahwa
kudeta di Myanmar kemudian kita orang Indonesia bisa cuek-cuek saja, apalagi
tetangga ASEAN, jadi sangat penting orang Indonesia
bersolidaritas," katanya.
"Karena sebetulnya apa yang
terjadi di wilayah regional sangat berpengaruh, jangan anggap remeh, karena
kalau kita lihat Arab Spring itu
terjadi di regional. Revolusi saja bisa menular, kenapa militerisme
tidak," imbuh Veronica.
Ia menyatakan, Yayasan Lembaga Bantuan
Hukum Indonesia (YLBHI) dan Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak
Kekerasan (KontraS) pernah menyatakan bahwa militer di Indonesia semakin parah
karena sudah ikut mengawal demonstrasi yang digelar masyarakat sipil.
Menurutnya, situasi yang membedakan
Indonesia dengan Myanmar hanya soal kudeta saja.
"Sebenarnya sama, cuma yang di
Indonesia tidak terang kudeta, tapi padahal militer di Indonesia sudah merasuki
sipil dengan peraturan TNI bisa (terlibat) di (penanganan) demo
sipil," kata Veronica.
Berangkat dari itu, ia mengajak
masyarakat Indonesia untuk bersuara supaya menekan pemerintah semakin tegas
menyikapi isu kudeta Myanmar.
Veronica berkata, saat ini merupakan
momentum orang di Asia Tenggara untuk bangkit dari kecenderungan demokrasi yang
kurang bagus selama ini.
"Karena ada yang dalam lingkup
internasional namanya ASEAN way dan
itu sudah banyak dikritik orang, artinya itu diam-diam saja kayak
saling mendukung ketidakdemokrasian masing-masing," katanya. [qnt]