Selama menjajah Malaysia, Inggris mengintegrasikan semua administrasi yang sebelumnya dikuasai Penguasa Melayu.
Tindakan demikian menyebabkan ketidakpuasan di kalangan penduduk setempat. Beberapa memberontak, tetapi Inggris dengan mudah menumpas mereka.
Baca Juga:
Dukung Transformasi Kemenkumham, Bupati Tapteng Hadiri Undangan Audiensi Kanwil Kemenkum Sumut
Kemudian pada 1920-1930, pemberontakan kembali muncul atas nama nasionalisme.
Pendudukan Jepang
Saat masyarakat ingin mengakhiri kolonialisasi, warga Malaka terkejut dengan kedatangan Jepang pada 1941. Negeri Sakura ini menduduki Malaya hingga 1945. Mereka lalu menarik diri imbas pengeboman Hiroshima dan Nagasaki.
Baca Juga:
Tak Sindir Megawati, SBY Ingatkan Kader Demokrat: Country Over Party, Jangan Lupakan!
Pengunduran diri Jepang memberi ruang kepada Partai Komunis Malaya (PKM) untuk menguasai Malaysia. PKM melancarkan serangan dan membunuh tiga manajer pertanian karet Eropa di Sungai Siput.
Lalu pada Juni 1948, Gubernur yang ditunjuk Inggris untuk Uni Malaya, Edward Gent, mengumumkan keadaan darurat atas Malaya.
Beberapa tahun kemudian kaum nasionalis membentuk Partai Aliansi. Tindakan ini membuka mata Inggris untuk mengizinkan warga Melayu memerintah negaranya sendiri.