Kalau
ditilik dari kasus-kasus yang dihukum oleh Facebook,
termasuk yang saya alami sendiri, Facebook
sangat mengandalkan algoritma.
Masalahnya,
algoritma Facebook masih jauh dari
kualitas yang cukup untuk memahami, apalagi menghakimi bahasa manusia.
Baca Juga:
Hadiri Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025 di Belgia, Dewan Pers Sebut AI Peluang Sekaligus Ancaman
Maka
muncullah kasus-kasus konyol, penghakiman yang tidak masuk akal oleh algoritma Facebook.
Seorang
teman saya posting tentang pedagang
pisau di pasar, langsung kena tuduhan berjualan senjata.
Komentar-komentar
yang tidak berbau pelecehan atau kekerasan, dihukum dengan tuduhan itu.
Baca Juga:
Indonesia Bebas Pilih Teknologi AI, Meutya Hafid Tekankan Pentingnya Talenta Digital
Jangan
coba-coba bercanda, Facebook sama
sekali tidak punya kemampuan untuk mendeteksi candaan, sarkasme, atau satire.
Apa
boleh buat, mesin memang tidak sanggup memahami semua itu.
Untuk
mengatasi hal itu sepertinya Facebook
masih mempekerjakan manusia, untuk melakukan evaluasi ulang terhadap
kasus-kasus yang sudah ditangani oleh mesin.