Karena itu, Tri Maharani menyarankan supaya selama terjadi
blooming atau ledakan ubur-ubur ini, pantai sebaiknya ditutup untuk aktivitas
wisata. Jikapun dibuka, sebaiknya wisatawan tidak diizinkan untuk berenang di
dalam air dan meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian.
"Kalaupun mandi di pantai, harus membawa cuka 5 persen untuk
berjaga-jaga jika tersengat ubur-ubur," ujarnya.
Baca Juga:
Pemda Paluta Hadiri Kenal Pamit Pergantian Kapolres Tapanuli Selatan
Cuka 5 persen ini bisa dibuat dengan cuka 25 persen yang
biasa digunakan untuk memasak kemudian diencerkan dengan air sebanyak empat
kali lipat air cuka sehingga kadarnya menjadi 5 persen. Carian cuka tersebut
kemudian disemprotkan ke ubur-ubur yang melekat pada kulit.
Cuka ini berfungsi sebagai deaktivasi nematosid, sehingga
dia tidak bisa lagi menembakkan venomnya. Selain menggunakan cuka, pertolongan
pada korban sengatan ubur-ubur juga bisa menggunakan air hangat dengan suhu 40
derajat celcius. Namun cara ini lebih sulit karena harus disemprotkan
pelan-pelan dan biasanya nantinya akan menjadi luka bakar.
"Tapi masalahnya ubur-ubur itu kan transparan, jadi
tahu-tahu gatal. Jadi saran saya adalah pada blooming begini lebih baik
pantai-pantai itu ditutup saja karena itu ribuan orang yang kena," kata Tri
Maharani.
Baca Juga:
Syaakirah The View: Strategi Indar Sakti Tanjung dalam Menggairahkan Pariwisata Tapanuli Selatan
Dihubungi terpisah, Koordinator SAR Satlinmas Wilayah II
DIY, Marjono mengatakan, jika pantai sampai ditutup itu sangat berlebihan. Dan
selama ini Tim SAR juga sudah siaga di semua pantai wisata di DIY.
Untuk mengantisipasi adanya korban, Tim SAR telah siaga
dengan menyiapkan cuka dan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan lain untuk
memberikan pertolongan pertama jika ada wisatawan yang tersengat ubur-ubur. Mereka
juga telah menyiapkan beberapa armada dan bekerja sama dengan puskesmas
setempat jika nantinya ada korban sengatan ubur-ubur yang perlu penanganan
medis.
Karena keterbatasan personel, Tim SAR menurut dia juga telah
bekerja sama dengan tiap kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang mengelola
masing-masing pantai DIY.