WAHANANEWS.CO, Jakaarta - Perang digital lintas negara kini tak lagi hanya terjadi di media sosial, tapi juga merembet ke platform peta digital Google Maps.
Aksi saling serbu rating ini kembali mencuat setelah insiden tragis di Gunung Rinjani yang menewaskan pendaki asal Brasil, Juliana Marins.
Baca Juga:
Dear Traveler! Coba 4 Aktivitas di Desa Wisata Pentingsari Ini
Tempat wisata Hutan Amazon di Brasil tiba-tiba dibanjiri ulasan negatif dan rating bintang 1 oleh netizen Indonesia.
Gelombang serangan ini diduga sebagai aksi balasan atas hujan kritik dan rating buruk yang lebih dulu diberikan warganet Brasil terhadap Taman Nasional Gunung Rinjani.
Sejumlah komentar di kolom ulasan Hutan Amazon bernada sindiran tajam hingga humor satir. “Di Amazon banyak anakonda dan siluman ular. Jangan ke sini,” tulis pengguna She CW.
Baca Juga:
Dear Traveler, Berikut 4 Destinasi Wisata di Flores Barat yang Wajib Didatangi
Komentar lain menyebut, “Tidak layak disebut paru-paru dunia jika dibiarkan terbakar setiap tahun. Pemerintah tidak serius menjaga lingkungan. Pariwisata pun tidak ramah, akses buruk, dan ekosistem hancur!!!”
Tak sedikit pula komentar yang bernuansa sarkasme.
“Overall bagus apalagi ada Anaconda, tapi tidak ada yang jualan kopi sama jajanan. Tolong pengelola, kasihan para wisatawan kelaparan,” tulis akun lain.
Beberapa warganet bahkan secara terang-terangan menyebut aksi ini sebagai “war netizen Indo vs Bra.”
Sementara pengguna berinisial FU menuliskan, “Hati-hati dimakan anakonda, sangat tidak dianjurkan datang ke sini. Why did you rate Mount Rinjani 1 star?”
Aksi ini dipicu oleh kematian tragis Juliana Marins, pendaki perempuan asal Brasil yang jatuh ke jurang sedalam 600 meter di kawasan Gunung Rinjani.
Proses evakuasi yang disebut lamban memicu kemarahan publik Brasil, hingga banyak dari mereka melontarkan kritik keras di Google Maps lokasi Taman Nasional Gunung Rinjani.
“Karena sama sekali tidak siap, mereka tidak memiliki tim atau peralatan untuk melakukan penyelamatan. Mereka tidak memberikan bantuan kepada Juliana Marins yang meninggal,” tulis akun bernama Deusa da Agua dalam bahasa Portugis.
Pengguna lain, Elaine Ferreira Silva, menambahkan, “Pengabaian total terhadap kehidupan Juliana Marins yang meninggal karena kurangnya penyelamat.”
Warganet Brasil juga menyoroti keputusan otoritas Indonesia yang membuka kembali jalur pendakian tak lama setelah evakuasi dinyatakan selesai, meski medan di sekitar lokasi dikenal ekstrem: jurang curam, kabut tebal, dan jalur terjal.
Meski aksi balas-membalas ini menunjukkan solidaritas netizen terhadap citra pariwisata nasional, sejumlah pihak menilai serbuan rating tersebut dapat memperkeruh hubungan antarwarga dua negara dan merusak reputasi destinasi wisata masing-masing.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]