Dalam kurun waktu empat bulan, dia mendapatkan banyak suka
maupun duka dari donor asi. Di satu sisi, dia senang asinya bisa dirasakan oleh
bayi yang membutuhkan. Namun di sisi lain, terkadang F merasa stres lantaran
setiap harinya harus memenuhi target dan waktu tidurnya pun berkurang.
"Sekarang itu ada lima bayi yang menerima donor asi
saya. Setiap 3-4 jam sekali saya juga harus memompa asi kan untuk ditaruh ke
dalam kulkas. Ini dilakukan setiap hari. Terkadang ya tertekan, pernah asi saya
sama sekali nggak keluar karena stress," ujarnya.
Baca Juga:
Basuki: Penundaan Kenaikan Tarif Tol Akibat Pandemi, Tak Selalu Salah Pemerintah
Untuk menyiasati hal itu, sebisa mungkin dia rileks dan
tidak merasa terbebani. Dia juga selalu mengingat banyak bayi yang terlantar
karena tidak mendapatkan asi dari ibu kandungnya. Dengan begitu F dapat tenang
sekaligus memotivasi dirinya.
"Ya saya kalau udah tertekan gitu, pasti ujung-ujungnya
ingat lagi sekarang banyak loh bayi yang masih butuh asi. Jangan sampai mereka
kelaparan, makanya secara nggak langsung ini langsung memotivasi saya. Kalau
saya stres, otomatis kan asinya juga berkurang. Kalau kayak gitu kasihan juga
mereka (bayi), nanti mereka nggak bisa dapat asi kayak biasanya. Nah dari situ
saya baru rileks, kalau capek ya istirahat, tidur," pungkasnya. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.