"Ini buat archive saya juga kan. Karena buat tahu ini
beneran anak dari bapak dan ibunya? Terus bayinya kayak gimana, makanya butuh
foto. Terus terakhir usia bayinya di bawah enam bulan, karena kan dari WHO asi
itu diberikan sebaiknya di bawah enam bulan," kata dia.
Di masa pandemi COVID-19 ini pula, dia meminimalisir kontak
dengan keluarga bayi. Hal ini dia lakukan agar kedua belah pihak tetap sehat,
tanpa terpapar COVID-19. Terlebih, saat ini Kiasatina masih mendonorkan asinya.
Baca Juga:
Basuki: Penundaan Kenaikan Tarif Tol Akibat Pandemi, Tak Selalu Salah Pemerintah
Untuk memenuhi stok, setiap harinya Kiasatina memompa asi
empat jam sekali. Asi yang dia hasilkan berkisar 100 ml. Setelah asi dirasa
cukup, dia menaruhnya ke dalam kulkas dan mengirimkan asi kepada keluarga bayi.
"Untuk pengirimannya itu pun pakai jasa kurir asi. Ini
aku baru tahu dari penerima donor asi yang pertama. Jadi kurir ini dia kayak
penyedia jasa transportasi online gitu, tapi dia punya ice cooler bag. Jadi
memudahkan pengiriman juga, asi awet juga," jelasnya.
Selama mendonorkan asi, dia pun tidak pernah meminta imbalan
dari penerima donor. Dia mengaku tulus memberikan asi kepada bayi yang
membutuhkan.
Baca Juga:
Sri Mulyani Sampaikan Perkembangan Perekonomian Indonesia 10 Tahun Terakhir
"Kalau ditanya ada bayarannya atau enggak, sama sekali
sih aku gak pernah minta bayaran. Tapi biasanya beberapa penerima donor akan
kasih balasan makanan atau kirim makanan gitu ke aku. Tapi aku nggak pernah
minta," ujarnya.
Dihubungi terpisah, F (29) ibu rumah tangga asal Bekasi
sudah mendonorkan asinya sejak Mei 2021. Wanita yang enggan disebutkan namanya
itu mengatakan, dia kasihan dengan bayi yang sudah kehilangan orang tua.
"Sekarang itu banyak ibu yang udah meninggal karena
kena COVID-19. Banyak juga kan yang melahirkan dalam keadaan COVID-19. Nah kan
anaknya kasihan, makanya saya tertarik coba deh donorin asi ke bayi yang butuh.
Karena kan mereka kasihan, butuh hidup juga," kata F.