WahanaNews.co | Penemuan banyaknya butiran emas di Sungai
Alas, Aceh Tenggara, menggemparkan wilayah sekitar. Warga pun
berbondong-bondong ke sana, dan jadi penambang dadakan. Mereka membawa
peralatan seadanya, seperti ember, kuali, hingga saringan, ke sungai tersebut.
Baca Juga:
Agincourt Resources, Bisnis Tambang Berkelas, Terukur, dan Bertanggung Jawab
Dengan mendulang emas di Sungai Alas, warga bisa mendapat
keuntungan hingga Rp 1 juta per hari. Nilai yang tentu menggiurkan di tengah
sulitnya ekonomi di masa pandemi Covid-19 ini.
Heboh emas itu menurut warga Lawe Penanggalan, Junada, terjadi
sejak sepekan terakhir. Dia sendiri ikut terlibat dalam pencarian emas itu
namun baru empat hari.
Itu pun hasil yang didapat sudah cukup lumayan. "Selama
empat hari ini kita bisa dapat uang Rp 4 juta," ungkap Junada, dilansir dari
tribunnews, Kamis (8/1/2021). Ini berarti, penghasilan sehari yang dia dapatkan
dari pencarian emas itu rata-rata sebesar Rp 1 juta.
Baca Juga:
OlympiAR 2024, 5 Tim Melaju ke Grand Final
Sementara warga lainnya yang ditanyai mengaku mendapatkan
penghasilan yang lebih sedikit, berkisar antara Rp 100.000 hingga Rp 300.000
per hari, tergantung pada banyaknya butiran emas yang didapatkan.
"Biji emas yang kita dapat itu kita jual ke tukang pembuat
emas di Pasar Pagi Kuta Cane," imbuh warga.
Warga mengaku mencari emas dengan cara tradisional, yaitu
dengan memilah butiran biji emas di antara pasir sungai menggunakan wajan atau
kuali.
Keberadaan biji emas itu diakuinya sangat membantu
masyarakat yang kini mengalami kesulitan ekonomi akibat wabah Covid-19.
Mereka turun ke sungai membawa serta keluarganya, baik yang
masih remaja maupun anak-anak. Anggota Komisi II DPRA, Yahdi Hasan, juga
membenarkan hal itu.
Yahdi merupakan anggota dewan dari daerah pemilihan (Dapil)
8 yang meliputi Aceh Tenggara dan Gayo Lues.
"Saat ini ada ratusan orang berbondong-bondong mendulang
emas di Sungai Alas Desa Lawe Penanggalan," ujarnya.
Menurut Yahdi, di daerah aliran Sungai Alas terutama kawasan
Desa Lawe Penanggalan memang menyimpan potensi kandungan emas. Namun untuk
memastikannya lagi, perlu dilakukan kajian atau penelitian.
Pihaknya mengaku akan berkoordinasi dengan Dinas Energi
Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh. Keberadaan butiran-butiran emas itu diakuinya
sangat membantu masyarakat yang kesulitan ekonomi di tengah wabah Covid-19.
Karena itu, sejauh masyarakat melakukan pencarian secara
tradisional, hal itu bukanlah sebuah masalah. Meskipun begitu, Pemkab Agara
harus membuat aturan pembatasan sehingga aktivitas pencarian emas itu jangan
sampai merusak lingkungan.
"Lahan-lahan pertanian warga juga bakal banyak yang
terlantar karena warga sibuk mencari emas," tambahnya.
Pihaknya mengaku akan membawa persoalan emas di Sungai Alas
ini dalam rapat di DPRA.
"Kita akan sampaikan ke Ketua DPRA, Ketua Komisi II dan
akan berkoordinasi dengan Dinas ESDM Aceh untuk duduk bersama membahas butiran
emas di Sungai Alas," ujar Yahdi Hasan.
Sungai Alas atau dalam bahasa setempat disebut Lawe Alas
merupakan sungai terpanjang di Aceh, yang melewati kawasan Taman Nasional
Gunung Leuser (TNGL) terus mengalir sampai ke Samudera Hindia.
Sungai ini membentang di tiga kabupaten dan satu kota, yaitu
Gayo Lues, Aceh Tengara, Aceh Singkil dan Kota Subulusalam.
Penyebutannya pun berbeda-beda. Di Gayo Lues bernama Aih
Betotong atau Aih Agusen, di Aceh Tenggara disebut Lawe Alas, di Aceh Singkil
dinamai Sungai Singkil, dan di Subulussalam bernama Lae Soraya. [dhn]