Ira melanjutkan, Ibunya terpaksa berhenti sekolah agar saudara-saudaranya dapat melanjutkan pendidikan mereka sebagai penggantinya. Ia lahir di pemukiman kumuh yang berada di Jakarta.
"Mereka melakukan yang terbaik untuk memberi saya dan dua adik laki-laki saya kehidupan yang lebih baik, namun, dengan tingkat pendidikan mereka, hidup itu sulit. Saya dibesarkan di lingkungan kumuh di Jakarta," terang Ira.
Baca Juga:
Pasangan Suami Istri di Jepang Pernah Diam Membisu Selama 20 Tahun, Ternyata Ini Alasannya
Ira mengaku makan daging adalah sebuah kemewahan di kehidupannya dulu. Dia dan keluarganya makan daging hanya pada saat Idul Adha.
"Kami sangat terbiasa membagi sebagian makanan menjadi 5 dan hanya bisa makan daging sapi setahun sekali pada Idul Adha - ketika Muslim kaya memiliki banyak cadangan untuk orang miskin dan membutuhkan. Kami adalah orang yang miskin dan membutuhkan," kenang Ira.
Ira menjadi tulang punggung keluarga selama sekolah menengah. Dia mulai berpartisipasi dalam berbagai kompetisi akademik untuk mendapatkan hadiah uang tunai.
Baca Juga:
Keluarga Sederhana Bupati Madina, Kisah Inspirasi dalam Kehidupan Nyata
Dia juga mulai mengajar karena putus asa untuk mendapatkan uang sebelum kemudian jatuh cinta pada dunia pendidikan.
"Setelah puluhan hari les, partisipasi yang tak terhitung jumlahnya dalam kompetisi debat, dan menjual nugget ayam di pameran daerah untuk membayar tes masuk universitas, saya diberkati untuk diterima di sekolah hukum terbaik di Indonesia," kata Ira.
Ira yang lancar bahasa Inggris mengungkapkan belajar bahasa asing secara otodidak. Dia tidak pernah mengikuti les karena tidak mempunyai biaya.