WahanaNews.co I Beredar isu jika orang yang sakit di tengah pandemi corona ini maka akan disebut terpapar Covid-19.
Baca Juga:
Beda Dengan Jakarta, Pemkab Tangerang Masih Tunda PTM
Hal itu memiliki istilah "dicovidkan", kabarnya kini seseorang yang sakit ringan jika di tes maka akan positif Covid-19.
Jadi banyak yang menyebut jika orang yang sakit di tengah pandemi corona ini maka akan disebut terpapar Covid-19.
Baca Juga:
Hindari Polemik, Keluarga Ungkap Kronologi Dokter di Sulsel Meninggal Usai Divaksin Booster
Menanggapi hal itu, dr. Andi Khomeini Takdir, seorang dokter spesialis penyakit dalam mengaku geram.
Hal itu disampaikan dr. Andi lewat sebuah cuitan di akun Twitter pribadinya pada Jumat (6/7/2021).
Ia sampai geram dan memberikan sindiran pada semua pihak yang menyebut rumah sakit dan nakes hobi mengcovidkan pasien.
"Pasien dicovidkan, nakes mengcovidkan,... aneh banget komentar2 begini," ujar dr. Andi, dikutip poskota.co.id dari Twitter @dr_koko28.
dr. Andi merasa heran banyak orang yang tak bosan menyebar fitnah, dan memperburuk keadaan orang lain.
"Ga brenti2 nyebar fitnah. Kalian tanpa sadar jadi biang bencana hingga orang2 yang butuh pertolongan malah takut ke RS," kata dr. Andi.
Di sisi lain, dokter RA Adaninggar,dr,SpPD juga mencoba meluruskan dan mengklarifikasi mengenai istilah dicovidkan, melalui Instagramnya, pada Jumat (23/7/2021)
"Sy di sini akan menjelaskan dari sisi ilmu kedokteran dan medis karena dari ilmu kami, tidak ada yang namanya "Dicovidkan", yang ada adalah diagnosis banding di mana pada era pandemi sekarang Covid harus masuk sebagai salah satu kemungkinan diagnosis penyakit infeksi" tulisnya seperti dilansir poskota.
Menurutnya, gejala Covid-19 tidak ada yang spesifik. Artinya sangat tipis perbedaannya dengan penyakit lain.
"Gejala Covid-19 tidak ada yang spesifik, sebagian besar merupakan kumpulan gejala flu. Gejala flu di era pandemi, salah satu kemungkinan diagnosis adalah Covid-19," ujar dr Adaninggar, yang diunggah pada Kamis (22/7/2021).
Dokter spesialis penyakit dalam itu menyebutkan bahwa diagnosis yang diambil oleh seorang dokter itu berdasarkan dua patokan.
Pertama, terkait dengan penggalian riwayat penyakit dan riwayat kontak erat. Kedua adalah pemeriksaan penunjang.
"Kadang infeksi Covid bisa terjadi pada orang-orang yang sudah memiliki penyakit kronis sebelumnya," ujarnya.
dr Adaninggar juga menyebut, penyakit kronis ini tidak akan mengalami perburukan bila tidak terkena kondisi akut salah satunya infeksi.
"TIDAK AKAN DIDIAGNOSIS COVID," tegasnya.
Di sisi lain ia pun menyebut jika hasil tes negatif tidak serta merta bisa digunakan untuk menyingkirkan diagnosis Covid karena ada tingkat akurasi alat sehingga bila terjadi pada orang-orang yang bergejala atau kontak erat.(JP)