WahanaNews.co | Gurun Sahara yang dikenal bersuhu menyengat di siang hari tiba-tiba diselimuti salju. Pakar lingkungan mengatakan fenomena langka ini membuktikan parahnya krisis iklim di Bumi.
Hujan salju telah meninggalkan pola memesona di bukit pasir Gurun Sahara setelah suhu turun di bawah nol derajat Celsius.
Baca Juga:
Peringatan Serius, Ilmuwan Iklim: Pemanasan Global Bisa Tembus 2,7 Derajat Celcius!
Biasanya, suhu di gurun itu pada siang hari bisa mencapai 38 derajat Celsius atau 100 derajat Fahrnheit.
Gambar yang diambil awal bulan ini, menunjukkan salju dan es di dekat kota Ain Sefra di barat laut Aljazair. Daerah ini hanya mengalami salju beberapa kali dalam 40 tahun terakhir.
Ain Sefra terletak di Pegunungan Atlas, 1.000 meter di atas permukaan laut dan dikenal sebagai "pintu gerbang menuju gurun".
Itu terletak di provinsi Naama di Aljazair di bagian utara Sahara, dekat dengan perbatasan Maroko.
Baca Juga:
Hadapi Krisis Iklim Global di NTT, VCA Gelar Dialog Publik Bertajuk "Suara Bae Dari Timur"
Meskipun suhu bervariasi di gurun pasir terbesar di dunia tersebut, salju dan es masih jarang. Satu-satunya insiden salju yang tercatat di Ain Sefra adalah 1979, 2017, 2018 dan tahun lalu.
Jumlah hujan salju sangat bervariasi, mulai dari badai salju yang menghentikan lalu lintas pada tahun 1979 hingga 40 cm yang turun pada tahun 2018.
Ain Sefra, yang didirikan pada tahun 1881 sebagai kota garnisun Prancis, mengalami suhu tinggi rata-rata sekitar 37 derajat Celsius di musim panas dan mencapai rekor terendah minus 10,2 derajat Celsius di musim dingin.