"Salju di [Gurun] Sahara adalah tidak biasa tetapi tidak pernah terdengar,” kata Kantor Meteorologi Inggris melalui seorang juru bicaranya kepada The Independent, Kamis (20/1/2022).
Sulit untuk menentukan peran yang dimainkan oleh krisis iklim dalam satu peristiwa cuaca, namun bidang ilmu atribusi telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga:
Peringatan Serius, Ilmuwan Iklim: Pemanasan Global Bisa Tembus 2,7 Derajat Celcius!
Mengidentifikasi iklim ekstrem di wilayah Gurun Sahara juga terhambat oleh kurangnya data dan studi ilmiah. Demikian laporan Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim PBB (IPCC), otoritas terkemuka dunia untuk ilmu iklim.
Kondisi yang lebih panas, lebih kering, dan pola cuaca yang berubah-ubah terkait dengan krisis iklim di Afrika membuat Gurun Sahara bertambah besar karena peningkatan penggurunan.
Krisis iklim tidak akan menyebar secara merata di seluruh wilayah, yang berarti bahwa bahkan ketika suhu naik di beberapa tempat, juga akan ada peristiwa dingin yang parah.
Baca Juga:
Hadapi Krisis Iklim Global di NTT, VCA Gelar Dialog Publik Bertajuk "Suara Bae Dari Timur"
Kepala Hidrometeorologi dan Pemantauan Lingkungan Rusia, Roman Vilfand, mengatakan kepada kantor berita TASS bahwa krisis iklim dapat berperan dalam hujan salju Sahara.
“Situasi seperti itu, termasuk hujan salju di Sahara, musim dingin yang panjang di Amerika Utara, cuaca yang sangat hangat di bagian Eropa Rusia dan hujan berkelanjutan yang memicu banjir di negara-negara Eropa Barat, telah terjadi lebih sering,” katanya.
“Kekambuhan yang tinggi dari kondisi (cuaca) ekstrem ini berasal dari pemanasan global. Ini bukan hanya sudut pandang saya, tetapi juga pendapat yang dibagikan oleh anggota Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim.” [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.