WahanaNews.co | Beberapa hari lalu, sosial media diramaikan dengan fenomena hujan
es yang terjadi di Yogyakarta dan Kalimantan Timur.
Dari video dan foto yang beredar,
terlihat jelas potongan es kecil-kecil yang jatuh dari langit.
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
Menanggapi hal tersebut, Koordinator
Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara dari Badan Klimatologi,
Meteorologi, dan Geofisika (BMKG), Hary Djatmiko, menjelaskan bahwa hujan es
merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi dan termasuk dalam kejadian
cuaca ekstrim.
Kejadian hujan lebat atau es yang
disertai kilat atau petir serta angin kencang berdurasi singkat, lebih banyak
terjadi pada masa transisi atau pancaroba musim, baik dari musim kemarau ke
musim hujan atau sebaliknya.
"Dapat dimungkinkan terjadi pada
musim hujan dengan kondisi cuaca sama seperti masa transisi atau
pancaroba," kata Hary kepada wartawan, Kamis (4/3/2021).
Baca Juga:
Hingga 25 November: Prediksi BMKG Daerah Ini Berpotensi Cuaca Ekstrem
Fenomena hujan es sendiri disebabkan
oleh adanya awan cumulonimbus (CB) yang mengandung tiga macam partikel, yakni
butir air, butir air super dingin, dan partikel es.
Artinya, hujan lebat yang masih berupa
partikel padat seperti es dapat terjadi, tergantung dari pembentukan dan
pertumbuhan CB tersebut.
"Biasanya awan berbentuk
berlapis-lapis dan seperti bunga kol di antara awan tersebut, ada satu jenis
awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang
tinggi yang akan cepat berubah warna menjadi hitam," tambahnya.
Fenomena hujan es biasanya terjadi
sangat lokal, dengan luasan berkisar 5-10 km saja.
Selain itu, prosesnya singkat kurang
dari 10 menit. Kejadiannya pun lebih sering terjadi antara siang dan sore hari.
Kendati demikian, Hary menjelaskan
bahwa fenomena hujan es tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa
diprediksi setengah sampai satu jam sebelum kejadian.
Itupun jika melihat atau merasakan
tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan kurang dari 50%.
Seperti disebutkan sebelumnya, Hary
menegaskan bahwa karakter hujan es hanya berasal dari awan CB, meski tak semua
awan CB yang menimbulkan fenomena hujan es.
"Dan kemungkinannya kecil untuk
terjadi kembali di tempat yang sama dan dalam waktu yang singkat,"
tandasnya. [dhn]