Meski
demikian, tak mudah baginya untuk mendapatkan kain tersebut.
Beruntung, ia
mendapatkan bantuan dari Shimizu, orang yang ditunjuk oleh Pemerintah Jepang
sebagai perantara dalam perundingan Jepang-Indonesia.
Baca Juga:
Pantau Kasus Polisi Tembak Siswa Semarang, Natalius Pigai Utus Tim
Harian Kompasedisi 16 Agustus 1975
memberitakan, kain tersebut diantarkan langsung ke rumah Bung Karno di Jalan
Pegangsaan Timur.
Karena
kondisi kandungannya sudah mendekati kelahiran, dokter melarang Fatmawati untuk
menggunakan mesin jahit kaki.
Ia pun
terpaksa menjahit bendera itu dengan kedua tangannya.
Baca Juga:
Kepala Badan Kesbangpol Terima Dua Paskibraka Tingkat Nasional Asal Provinsi Papua Barat Daya
Bendera
itu pun selesai dijahit dalam dua hari dan menjadikannya sebagai yang terbesar
di Jakarta setiap kali dikibarkan di halaman rumahnya.
Setahun
kemudian, bendera hasil jahitan Fatmawati itu digunakan ketika upacara
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Namun,
ketika Belanda menduduki Yogyakarta pada 1948, diceritakan bendera pusaka
terpaksa dibelah menjadi dua oleh Mutahar, yang ditugaskan Soekarno untuk
menyelamatkannya.