Ketua
Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini pun mengungkapkan,
ibunya menjahit bendera pusaka saat Indonesia masih dijajah Jepang.
Dia pun
pernah bertanya, apakah ibunya tidak takut menjahit bendera di masa
penjajahan?
Baca Juga:
Polisi Tembak Siswa Semarang, Komnas HAM Usut Dugaan Pelanggaran HAM
"Siapa
yang tidak takut. Cerita soal bendera pusaka itu juga tidak ada (jarang
diceritakan) bahwa (bendera) pernah dipisah (setelah dijahit). Ini sejarah
Republik Indonesia," tutur Megawati.
"Jadi, waktu
sebelum kemerdekaan, ibu saya disuruh bapak saya (Soekarno), ini bukannya
nostalgia. Ini sejarah. Ibu saya disuruh menjahit, mencari warna merah itu ternyata
sulit," kata dia.
Kebetulan, pada
saat itu, ada seorang pengusaha Jepang di Indonesia, Shimizu, yang
membantu mencarikan kain warna merah.
Baca Juga:
Pantau Kasus Polisi Tembak Siswa Semarang, Natalius Pigai Utus Tim
"Jadi,
dijahit oleh ibu saya. Itulah yang pertama dikibarkan di Gedung Pegangsaan
Timur, yang sekarang disebut Gedung Proklamasi," kata
Megawati.
Bendera
pusaka dijahit oleh Fatmawati pada Oktober 1944, dua minggu sebelum kelahiran
putra sulungnya, Guntur Soekarnoputra.
Ia
menjahit bendera itu setelah Jepang mengizinkan pengibaran bendera Merah Putih
dan dikumandangkannya lagu Indonesia Raya.