WahanaNews.co | Perjalanan karier Letjen TNI (Purn) Suryo Prabowo sangatlah panjang dan berliku.
Salah satu putra terbaik bangsa dari
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) ini banyak
makan asam garam pertempuran.
Baca Juga:
Kapuspen TNI Bantah Perwiranya Jadi Beking Tersangka Perundungan Anak SMA di Surabaya
Salah satunya, saat Suryo Prabowo diterjunkan ke Timor Timur
dalam Operasi Seroja.
Dalam buku biografinya, Si Bengal
Jadi Jenderal, Suryo Prabowo mengisahkan bagaimana dia nyaris menembak mati
Kopral Amin, anak buahnya yang sekarat
akibat terkena ranjau.
Lulusan terbaik Akademi Militer (Akmil)
1976 ini menceritakan, ia harus
mengambil keputusan berat untuk menghabisi nyawa anak buahnya sendiri.
Baca Juga:
Skandal Judi Online: 4.000 Prajurit TNI Kena Sanksi, Danpuspom Beri Peringatan Keras
Pada saat Suryo Prabowo akan menembak
mati Amin, sejumlah anak buahnya mengadang.
Para prajurit Pleton Kompi B Batalyon
Zeni Tempur (Yonzipur) I/Bukit Barisan itu tak ingin
Suryo Prabowo menghabisi nyawa Amin dengan alasan dosa.
"Jangan Pak itu,
dosa!" ucap salah seorang prajurit, anak buah Suryo Prabowo.
Aksi anak buahnya itu membuat Suryo
Prabowo marah besar. Pasalnya, apa yang akan dilakukannya terhadap Amin sudah dipikirkan Suryo Prabowo secara sadar.
Selain tak ingin melihat Amin
menderita lebih lama, Suryo Prabowo juga memperhitungkan sejumlah kemungkinan.
Maka, saking kesalnya, pria kelahiran Semarang, 15 Juni 1954, itu pun menghardik
salah satu anak buahnya.
"Saya tahu, monyong! Kalian sadis, tahu enggak. Sekarang sudah menjelang gelap. Tidak mungkin ada
helikopter mau mengevakuasi Kopral Amin. Perjalanan kita ke kendaraan yang
membawa kita tadi lebih dari dua jam," kata Suryo Prabowo.
"Dari sana, ke rumah sakit Vila
Salazar, Baucau, perjalanan memakan waktu lima jam. Tega kamu menyiksa temanmu yang sekarat," ujarnya.
Akan tetapi, seorang prajurit lainnya
kembali membisiki Suryo Prabowo. Prajurit itu mengerti keinginan komandannya.
Meski begitu, anak buah Suryo Prabowo itu tidak
ingin komandannya mendapat dosa besar karena membunuh anak buah sendiri, yang faktanya belum tewas.
"Kami mengerti, Komandan. Namun, itu
berdosa bila Komandan lakukan," ucap anak buah
Suryo Prabowo.
Suryo Prabowo sempat tertunduk lesu.
Air matanya jatuh di kedua pipinya.
Kemarahannya kembali pecah, dan dengan
tegas Suryo Prabowo menyatakan kepada anak buahnya bahwa tidak ada gunanya
membahas dosa dalam pertempuran.
Mantan Panglima Komando Daerah Militer
(Pangdam) I/Bukit Barisan dan Wakil Gubernur Timor Timur ini yakin, dia dan para prajuritnya sudah tidak
lagi mungkin masuk surga.
Alasannya, dalam pertempuran yang
dijalaninya sepanjang tugas, dia dan pasukannya sudah banyak membunuh musuh.
"Dengan semua pertempuran yang
sudah kita lalui, dan banyaknya musuh yang kita
lumpuhkan selama ini, bila kalian masih berpikir dosa, itu
namanya ngawur! Kita ini sudah tidak mungkin lagi masuk surga, tahu! Kalau kita bisa masuk surga, itu
karena kehendak Tuhan yang Maha Baik. Bukan karena kelakuan yang kita anggap
baik," kata Suryo Prabowo.
Namun, pada akhirnya, Suryo Prabowo pun
mengurungkan niatnya untuk membunuh Amin.
Ia dan pasukannya bergerak menuju
titik awal pendaratan, dan berniat membawa Amin ke rumah sakit di Baucau, Timor Timur. [qnt]