WahanaNews.co | Sepanjang 34 tahun kariernya bersama Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Darat (TNI AD), Jenderal TNI (Purn) Moeldoko menghabiskan sebagian
besar hidupnya di kesatuan tempur.
Merasa dirinya adalah orang lapangan,
ternyata pria asli Kediri itu sempat tak senang saat ditunjuk menjadi pejabat
yang kerap duduk di belakang meja.
Baca Juga:
KSP Kawal Kasus Pembakaran Rumah Wartawan Rico Pasaribu
Menurut situs resmi TNI Angkatan
Darat, Moeldoko merupakan peraih penghargaan Adhi Makayasa setelah lulus dari Akademi
Militer (Akmil) dengan predikat terbaik pada 1981.
Setelah lulus, Moeldoko tergabung di
satuan tempur Batalyon Lintas Udara 700/Wira Yuda Cakti.
Kariernya terus melesat, setelah pada
2006 Moeldoko dipercaya menjabat sebagai Komandan Komando Resor Militer
(Danrem) 141/Toddopuli.
Baca Juga:
Moeldoko Bantah Ada Arahan dari Istana Agar KPK Proses Hasto PDIP
Setelah itu, Moeldoko juga pernah
menduduki posisi strategis di TNI Angkatan Darat, semisal
Panglima Divisi Infanteri (Pangdivif) I/Kostrad, Panglima Komando Daerah
Militer (Pangdam) XII/Tanjungpura, dan Pangdam III/Siliwangi pada 2010.
Nama Moeldoko terus menanjak, setelah
pada 2013 ia ditunjuk sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad),
menggantikan posisi Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo.
Puncaknya, Moeldoko ditunjuk menjadi
Panglima TNI, menggantikan posisi Laksamana TNI Agus Suhartono.
Dari sekian banyak tugas yang pernah
diembannya, Moeldoko ternyata pernah merasa tak nyaman saat ditunjuk menjadi
Sekretaris Pribadi (Sespri) Jenderal TNI (Purn) Wiranto dan Jenderal TNI (Purn)
Abdullah Mahmud Hendropriyono.
"Waktu itu sebenarnya tidak cocok
jadi Sespri. Saya adalah orang lapangan, seseorang yang liar, suka menghadapi
hal-hal sulit. Kalau menghadapi hal-hal yang rutin saya tidak suka. Menjadi
Sespri adalah pekerjaan yang menyiksa bagi saya. Bisa dibayangkan kalau orang yang
sukanya di lapangan harus duduk," ujar Moeldoko.
"Saya sama sekali bukan tipe
manusia yang suka duduk di belakang meja. Saya orang liar yang suka menghadapi
situasi yang sulit," katanya.
Meski demikian, Moeldoko tetap merasa
mendapatkan banyak pengalaman dan pembelajaran dari Wiranto dan Hendropriyono.
Terutama dalam bidang intelijen,
Moeldoko mengaku banyak belajar dari sosok seorang Hendropriyono dan justru
menjadi warna dalam kehidupan karier militernya. [qnt]