Bagian tubuh lain yang terdampak adalah selaput bening atau membran mukosa, termasuk rongga pernapasan pada hidung dan paru-paru. "Tapi efeknya tidak akan terlalu lama," ujar dokter spesialis paru Ceva Wicaksono.
Beberapa dampak yang mungkin terjadi di antaranya peradangan dan sesak napas yang berlangsung dalam waktu singkat. Namun, orang dengan riwayat alergi dan asma harus berhati-hati karena dampak gas air mata bisa menetap dalam beberapa waktu.
Baca Juga:
300 Pedemo Disebut Polisi Sudah Dipulangkan, 1 Masih Pendalaman
Demi mencegah dampak buruk gas air mata, banyak orang memanfaatkan pasta gigi yang dioleskan di bagian bawah mata. Namun, cara ini tak sepenuhnya berfungsi.
Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah soal efektivitas pasta gigi dalam mencegah iritasi pada area mata. Penggunaan pasta gigi pada bagian bawah mata justru berbahaya bagi kulit.
Dokter spesialis kulit Litya Ayu Kanya Adinda mengatakan, pasta gigi dapat menimbulkan iritasi pada kulit. "Bentuk iritasinya bisa [timbul] kemerahan, gatal. Kalau berat, bisa timbul luka," kata Litya.
Baca Juga:
Tak Jadi Tersangka, Direktur Lokataru dan Anak Machica Mochtar Sudah Dipulangkan
Wisnu Pramudito D. Pusponegoro, dokter spesialis bedah dari Perhimpunan Dokter Emergency Indonesia, menegaskan gas air mata masuknya lewat pernafasan, bukan lewat kontak dengan mata.
"Odol enggak ngaruh sebenarnya. Gas air mata bekerjanya karena terhirup, bukan kontak dengan mata. Efek gas air mata itu kan terhirup yang menyebabkan sekresi dari kelenjar air mata," kata dia, dikutip dari detikcom, Rabu (22/5/2019).
Cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi perih akibat paparan gas air mata adalah dengan membersihkan partikel zat dengan tiupan udara kencang atau blow dry dan aliri mata dengan air dalam jumlah banyak.