Dua
tahun kemudian, 1973, ketika kongres di Tretes, Persatuan Wartawan Indonesia
cabang Surakarta memberikan usulan untuk mengubah Museum Pers Nasional menjadi
Monumen Pers Nasional.
Untuk
merealisasikan Monumen Pers Nasional, pada 1977 tanah dan gedung Societeit diserahkan kepada Panitia
Pembangunan Monumen Pers Nasional di bawah Departemen Penerangan RI.
Baca Juga:
Percepat Target Transisi Energi, PLN Siap Kembangkan Sejumlah Skenario Agresif
Museum
ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 9 Februari 1978.
Koleksi
Monumen Pers Nasional
Baca Juga:
Percepat Target Transisi Energi, PLN Siap Kembangkan Sejumlah Skenario Agresif
Museum
ini memiliki koleksi-koleksi bersejarah terkait pers di Indonesia. Koran dan
majalah lawas juga bisa disimak pengunjung.
Salah
satu koleksi Monumen Pers Nasional adalah kamera dan perlengkapan milik Fuad
Muhammad Syafruddin atau Udin, wartawan Harian Bernas Yogyakarta, yang dibunuh karena beritanya.
Terdapat
juga pemancar yang digunakan pada siaran langsung terjauh dari Solo menuju Den
Haag, Belanda, pada 1936.