WahanaNews.co | Memang tak mudah mendefinisikan cinta. Meskipun begitu, jatuh cinta merupakan perasaan normal yang dimiliki manusia. Akan tetapi, jatuh cinta yang mengakibatkan perselingkuhan pastinya berpotensi masalah.
Dalam konteks tersebut, tentunya cinta sangatlah buta dan tidak logis. Mengapa membangun hubungan romansa di kala ada yang tersakiti?
Baca Juga:
Polisi Biadab di Makassar, Dipergoki Selingkuh Lalu Seret Istri di Jalanan Pakai Mobil
Lebih dari itu, budaya patriarki juga kerap menyalahkan salah satu individu yang terlibat, seperti pelabelan “pelakor”. Istilah ini disematkan kepada perempuan yang dituding menjadi perebut suami atau laki-laki yang sedang berada dalam suatu hubungan.
Meski sebuah relasi romansa selalu dikonstruksi oleh dua orang, namun perempuan malah menjadi yang tertuduh.
Keadaan ini sangat memprihatinkan karena masih adanya ketimpangan gender, bahkan dalam suatu hubungan dua orang. Adapun biasanya, cinta dalam suatu hubungan berawal interaksi di antara keduanya yang intens, baik karena satu tempat pekerjaan maupun sedang menghadapi masalah yang sama.
Baca Juga:
Dugaan Penistaan Agama, Polda Metro Jaya Panggil Istri Pejabat Kemenhub
Perasaan sama dan senasib itu membuat dua orang yang bersangkutan membangun kedekatan dan keintiman dalam hubungan. Saat merasa jatuh cinta, perasaan deg-degan dan nyaman akan terus datang.
Sementara itu, suatu komitmen dengan orang lain tidak terpikirkan, bahkan risiko yang terjadi akibat hubungan terlarang tak masuk dalam pertimbangan.
Lantas, bagaimana mengatasi trauma pasca pasangan melakukan perselingkuhan? Melansir dari verywellmind, berikut adalah empat cara mengatasinya.