WahanaNews.co | Kelapa
sawit dikenal sebagai tanaman perkebunan penghasil minyak, selain kelapa yang
berasal dari hutan hujan tropis di daerah Afrika Barat. Kelapa sawit pertama
kali ditemukan oleh Nicholaas Jacquin pada tahun 1763. Karenanya, sawit diberi
nama latin Elaeis guineensis jacq.
Baca Juga:
Di WTO, RI Berhasil Buktikan Tindakan Diskriminasi Uni Eropa atas Minyak Sawit dan Biofuel Berbahan Baku Kelapa Sawit
Di Indonesia sendiri kelapa sawit dikenalkan pertama kali
sebagai tanaman hias di Kebun Raya Bogor pada tahun 1884. Kelapa sawit memiliki
banyak potensi pemanfaatan baik dari batang digunakan untuk pembuatan pulp,
bahan kontruksi, dan sumber energi.
Buah sawit sendiri memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan
dapat menjadi penyumbang pendapatan bagi negara, dimana buah sawit dimanfaatkan
sebagai minyak pangan ataupun minyak non pangan.
Bagian lain dari tanaman sawit yang dapat dimanfaatkan
adalah sabut, bahkan tandan kosong.
Baca Juga:
Bergabung dengan BRICS, Pengamat: Indonesia Bakal Dapat Keuntungan Baru
Seperti tanaman pada umumnya, kelapa sawit memiliki beberapa
syarat tumbuh untuk memperoleh hasil yang maksimal dan memiliki daya jual
tinggi.
Kelapa sawit merupakan jenis tanaman dengan waktu penyinaran
pendek yaitu sekitar 5-7 jam/hari, untuk memperoleh penyinaran yang cukup maka
jarak tanam antar kelapa sawit adalah 9m x 9m x 9m.
Curah hujan optimal untuk kelapa sawit 2000-2500 mm/tahun,
dengan suhu optimal 24-28°C. Tanaman ini tumbuh pada ketinggian 0-500 mdpl.
Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik,
Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik.
Produksi kelapa sawit lebih tinggi jika ditanam di daerah bertanah Podzolik
jika dibandingkan dengan tanah berpasir dan gambut. (Sudarminto Setyo Yuwono, 2015)
Nama latin dari kelapa sawit adalah Elaeis guineensis jacq,
sedangkan secara internasional kelapa sawit lebih dikenal dengan nama African
Oil Palm. Berikut merupakan klasifikasi dari kelapa sawit, Kingdom:
Plantae; Sub Kingdom: Viridiplantae;
Infra Kingdom: Streptophyta; Super Divisi: Embryophyta; Divisi: Tracheophyta;
Sub Divisi: Spermatophytina; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Arecales; Family:
Arecaceae; Subfamili: Cocoideae; Genus:
Elaeis jacq; Spesies: E.guineensis jacq.
Indonesia membudidayakan beberapa varietas tanaman kelapa
sawit yang dapat memberikan nilai ekonomi tinggi untuk negara. Varietas utama
yang dibudidayakan antara lain, E.guineensis dan E.oleifera.
Pada umumnya dari kedua jenis kelapa sawit ini memiliki
keunggulan masing-masing namun yang sering dibudidayakan di Indonesia adalah
E.Guineensis.
Keunggulan yang dimiliki oleh E.guineensis adalah
produksivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman minyak nabati
lainnya. Sedangkan keunggulan dari jenis E.oleifera adalah bentuk fisik yang
lebih rendah yaitu berdasarkan pada ukuran dan tinggi pokok tanaman.
Dilihat dari ketebalan cangkang buah kelapa sawit dapat
dibedakan menjadi tiga jenis tanaman yaitu :
a.Dura merupakan kelapa sawit yang memiliki buah dengan
cangkang tebal, dan memiliki kandungan
minyak kurang lebih 18% setiap tandan.
b. Pisifera merupakan kelapa sawit dengan buah yang tidak
memiliki cangkang sehingga tidak menghasil minyak yang ekonomis, serta jenis
ini memiliki bunga betina yang steril.
c.Tenera merupakan buah hasil persilangan dari buah sawit
betina dura dan buah jantan. Jenis buah tenera ini yang sering dibudidayakan oleh petani
perkebunan kelapa sawit karena memiliki
keunggulan yang melengkapi kekurangan pada jenis dura dan pisifera.
Cangkang buah tipis, namun bunga tetap fertile. Kandungan
minyak yan terdapat pada setiap tandan
kurang lebih 28%, sehingga memberikan nilai ekonomis yang cukup tingi untuk
produksi minyak pangan atau non pangan.
Tanaman kelapa sawit memiliki berbagai manfaat baik itu dari
batang, buah, bahkan sabut dan tandan kosongnya. Selain itu kelapa sawit
berpotensi untuk menjadi sumber bahan baku biodiesel. Kelapa sawit yang
digunakan berasal dari perkebunan rakyat dan swasta.
Kondisi perkebunan rakyat tanaman sawit hampir sama seperti
perkebunan rakyat lainnya, memiliki hasil produktivitas yang cukup rendah
dibanding dengan hasil dari perkebunan swasta, tetapi memiliki lahan yang lebih
luas. Hasil produktivitas dari perkebunan rakyat sekitar 3 ton CPO/Ha/tahun,
sedangkan produktivitas perkebunan swasta sekitar 3-4 ton ton/CPO/Ha/tahun.
Areal kelapa sawit yang layak dijadikan sebagai areal sumber
bahan baku biodiesel adalah areal yang layak dan dapat diperbaiki kondisinya.
Perbaikan yang diprioritaskan adalah perbaikan dalam pengembangan kelembagaan
melalui proses adopsi kelembagaan.
Pemanfaatan utama dari kelapa sawit adalah minyak yang
dihasilkan dari buah sawit itu sendiri. Indonesia merupakan produsen minyak
sawit terbesar di dunia dan telah menguasai pangsa pasar sebesar 85%.
Data yang diberikan oleh Kementrian Pertanian, devisa dari
kelapa sawit tahun 2020 mencapai US$ 22,9 miliar dengan volume ekspor 34 juta
ton.
Dengan adanya perkebunan kelapa sawit yang sangat luas dapat
menekan tingkat pengangguran di sekitar wilayah perkebunan yang ada di
Indonesia.
Penyerapan tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit dari
waktu ke waktu selalu mengalami peningkatan yang sangat baik. Perkebunan kelapa
sawit sangat efektif untuk kegiatan penyerapat tenaga kerja dan mengurangi
masalah pengangguran. [qnt]