Awalnya Tjoet Meutia melakukan perlawanan terhadap Belanda
bersama suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong. Namun pada bulan Maret
1905, Tjik Tunong berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati di tepi pantai
Lhokseumawe.
Sebelum meninggal, Teuku Tjik Tunong berpesan kepada
sahabatnya Pang Nanggroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya Teuku
Raja Sabi.
Baca Juga:
Pjs Bupati Fakfak Pimpin Upacara Peringatan Hari Pahlawan ke-79
Tjoet Meutia kemudian menikah dengan Pang Nanggroe sesuai
wasiat suaminya dan bergabung dengan pasukan lainnya di bawah pimpinan Teuku
Muda Gantoe.
Pada suatu pertempuran dengan Korps Marechausée di Paya
Cicem, Tjoet Meutia dan para wanita melarikan diri ke dalam hutan. Pang Nagroe
sendiri terus melakukan perlawanan hingga akhirnya tewas pada tanggal 26 September
1910.
Tjoet Meutia kemudian bangkit dan terus melakukan perlawanan
bersama sisa-sisa pasukannya. Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil
bergerak menuju Gayo melewati hutan belantara. Namun pada tanggal 24 Oktober
1910, Tjoet Meutia bersama pasukannya bentrok dengan Marechausée di Alue
Kurieng. Dalam pertempuran itu Tjoet Njak Meutia gugur. [dhn]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.