WahanaNews.co | Mustafa Kemal Ataturk merupakan salah satu tokoh populer di dunia.
Dia adalah Presiden
pertama Republik Turki.
Baca Juga:
Operasi Seroja Timtim: Komandan Pasukan Gugur di Pelukan Prabowo
Dalam sejarah dunia Islam, Mustafa
Kemal terkenal bukan karena posisinya sebagai Presiden
pertama Turki, melainkan sosok kontroversial dan tokoh sekular yang menghilangkan syariat dan syiar Islam di Turki.
Ia memimpin Turki pada 1923 sampai
1938.
Lahir dengan nama Gazi Mustafa Kemal
Pasa di Selanik (Salonika, sekarang Yunani), 19 Mei
1881.
Baca Juga:
Saat Teroris Noordin M Top Tewas di Solo
Saat itu, Yunani
masih di bawah penguasaan Kekhalifahan Utsmani atau Utsmaniyah.
Ayahnya bernama Ali Riza, meninggal saat Mustafa Kemal masih berusia 7 tahun.
Sedangkan Ibunya bernama Zubeyde
Hanim, seorang Muslimah taat yang menginginkan Mustafa
Kemal menjadi ulama yang faqih.
Tapi, sayangnya, Mustafa memiliki kepribadian yang
berbeda dengan ibunya, dia senang melanggar peraturan yang ada, berwatak kasar, dan selalu melawan gurunya, di hadapan temannya ia selalu berbuat
angkuh dan menyendiri.
Sejak remaja, sekitar umur 12 tahun,
Mustafa Kemal sudah bersekolah di kemiliteran.
Karena kecerdasannya, Mustafa Kemal
masuk ke akademi militer di Manastır pada 1895.
Ia lulus dengan pangkat letnan pada
1905.
Pada 1907, ia
ditempatkan di Selanik, dan bergabung dengan Komite Kesatuan
dan Kemajuan, yang biasa disebut sebagai kelompok
Turki Muda.
Pada 1908, kaum
Turki Muda merebut kekuasaan dari Sultan Abdul Hamid II, dan Mustafa
Kemal menjadi tokoh militer senior.
Pada 3 Maret 1924, Kekhalifahan Islam
yang berpusat di Istanbul (sekarang disebut Turki), runtuh.
Mustafa Kemal sangat berperan dalam
runtuhnya kekhalifahan.
Bahkan, Mustafa Kemal sendiri yang
mengumumkan pembubaran Kesultanan Ottoman atau kekhalifahan Utsmaniyah.
Intinya, Mustafa Kemal menjad kunci di balik
runtuhnya Utsmaniyah pada 3 Maret 1924 tersebut, yang kemudian mengubah
sistem tatanan negara Turki.
Yang awalnya khilafah menjadi
republik, dan lembaga legislatifnya menjadikan Mustafa Kemal sebagai Presiden pertamanya.
Segera setelah menjabat kursi
tertinggi di Turki, Mustafa Kemal (yang kelak dikenal juga sebagai Mustafa
Kemal Ataturk) segera membersihkan seluruh simbol Islam yang ada di Turki.
Antara lain,
menghapuskan huruf-huruf arab, melarang penggunaan jilbab, menutup
madrasah-madrasah Islam, memupus peradilan Islam, serta mengganti adzan dengan
bahasa Turki.
Sehingga mengakibatkan hilangnya
Bahasa Arab dari Turki.
Mustafa Kemal memang tokoh sekular yang memulai program revolusioner di bidang sosial dan reformasi
politik untuk memodernisasi Turki.
Perubahan-perubahannya termasuk
emansipasi untuk perempuan, penghapusan seluruh Institusi Islam dan pengenalan
pada kode hukum Barat, pakaian, kalender, serta alfabet, mengganti seluruh
huruf Arab dengan huruf Latin.
Setelah Turki menjadi sebuah negara
Republik dan menjadikan Mustafa Kemal Ataturk sebagai Presiden
pertamanya, ada banyak kebijakan-kebijakan anti-Islam yang
dipelopori oleh Mustafa Kemal
secara radikal.
Dia menetapkan ideologi negara yang
menganut paham sekular demi menghilangkan nilai-nilai Islam
dari pemerintahan.
Kebijakan Mustafa Kemal yang sangat
anti-Islam, antara lain, adalah
menghapus syariah Islam dan tidak ada lagi jabatan kekhalifahan, mengganti
hukum-hukum Islam dengan hukum-hukum Italia, Jerman, dan Swiss, menutup
beberapa masjid dan madrasah, mengganti agama negara dengan sekularisme,
mengubah adzan ke dalam bahasa Turki.
Lalu melarang pendidikan agama di
sekolah umum, melarang kerudung bagi kaum wanita dan pendidikan terpisah,
mengganti naskah-naskah bahasa Arab dengan bahasa Roma, pengenalan pada kode
hukum Barat, pakaian, kalender, serta Alfabet, dan mengganti seluruh huruf Arab
dengan huruf Latin.
Di masa tuanya, dia menerbitkan banyak
buku dan membuat jurnal sepanjang karier militernya.
Jurnal harian Atatürk dan catatan
militer selama periode Utsmaniyah diterbitkan sebagai satu koleksi.
Koleksi lain mencakup periode antara
1923 dan 1937 dan mengindeks semua dokumen, catatan, memorandum, komunikasi
(sebagai Presiden) di bawah beberapa volume, berjudul Atatürk"ün Bütün Eserleri (Semua Pekerjaan Atatürk).
Hingga akhirnya ia meninggal di Istana
Dolmabahçe, Istanbul, Turki, 10 November 1938, pada umur
57 tahun.
Sempat menikah dengan Latife Ussaki,
yang bertahan hanya dua tahun sebelum kemudian bercerai. [qnt]