Setelah
memahami bahasa Melayu, para perempuan yang tergabung dalam Kongres Perempuan
mulai bergerak menyebarluaskan bahasa Melayu di Hindia. Lantas kemudian, usai
belajar dan paham, pertemuan Kongres Perempuan selanjutnya pun menggunakan
bahasa Melayu.
Ambar
mengatakan, ada beberapa catatan pidato Siti Soendari menggunakan bahasa Melayu
dalam Kongres Perempuan pertama. Dalam pidatonya, Siti Soendari mengatakan,
putri Indonesia harus berani menggunakan bahasa Indonesia.
Baca Juga:
Mabes Polri Gelar Upacara Sumpah Pemuda, Indeks Pembangunan Pemuda Harus Ditingkatkan
"Kami
tidak memakai bahasa Belanda atau bahasa Jawa bukan karena kami merendahkan
bahasa ini atau mengurangkan nilainya, akan tetapi jika di antara puan yang
mengunjungi kongres pemuda atau membaca hasilnya mungkin masih ingat, oleh
karena itu, sebagai putri Indonesia, berani memakai bahasa Indonesia di hadapan
rakyat ini," ucap Ambar, mengutip pidato Siti Soendari.
Kongres
Perempuan ke depan lantas mulai membahas pelbagai problem dan hak-hak perempuan
di masa kolonial. Terutama, hak menikah dan mendapatkan pendidikan.
Selain
itu, Kongres Perempuan juga menyepakati bahwa perempuan harus ikut serta dan
terlibat dalam kegiatan-kegiatan menuju kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga:
Peringati Hari Sumpah Pemuda Ke-96, Danrem 182/JO Bacakan Amanat Menpora
Karena
itu kemudian munculnya Kongres Perempuan bisa dikatakan tidak lepas dari
Kongres Pemuda. Sebab melalui kongres pemuda, para perempuan yang hadir
menyadari seberapa besar peranannya dalam mencapai kemerdekaan. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.