WahanaNews.co |
Sejumlah pesepeda di Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta Pusat, pada Sabtu (5/6/2021)
pagi masih tak menggunakan jalur khusus sepeda.
Pantauan wartawan sekitar pukul 06.00 hingga
06.30 WIB, beberapa pengguna sepeda mengambil jalur kendaraan umum karena
kondisi lalu lintas masih sepi.
Baca Juga:
Bocah 5 Tahun Jadi Korban Tabrak Lari Pesepeda Gunung di Depok, Polisi: Kita Masih Lidik
Ada pula yang terpaksa ke luar jalur karena
harus "berbagi" dengan warga lain yang tengah lari pagi.
Sebagian juga keluar jalur untuk menghindari
pesepeda lain yang bergerak lebih lambat.
Namun, tak ada yang mengambil jalur hingga ke
tengah atau sisi kanan jalan.
Baca Juga:
Polda Sumut Raih Juara II dengan Jarak Tempuh 126 KM dalam Kegiatan Tour De Muara Takus Riau
Pesepeda yang berada di luar jalur khusus itu
rata-rata juga tak bergerombol atau berpeleton.
Di atas pukul 06.30 WIB, mayoritas pengendara
sepeda di Sudirman-Thamrin berada di lajur paling kiri.
Selain karena jalanan yang mulai ramai dengan
mobil dan motor, juga ada Patwal Ditlantas Polda Metro Jaya berkeliling
melakukan penertiban.
Salah satu mobil Patwal yang dilengkapi
pelantang suara berjalan pelan di sisi kiri jalan sembari mengimbau pengguna
sepeda untuk masuk ke jalur paling kiri jalan.
"Kami ingatkan demi keselamatan dan keamanan,
diharapkan pengguna sepeda berada di jalur khusus paling kiri," demikian
imbauan tersebut terdengar.
Situasi ini berbeda dengan gambaran dalam
sebuah foto yang sempat viral di media sosial, di mana peleton sepeda road
bike mengambil lajur utama hingga mengganggu kendaraan lain.
Dalam foto tersebut, seorang pengendara sepeda
motor tampak kesal dan mengacungkan jari tengahnya ke arah rombongan pesepeda road
bike yang berada di belakangnya.
Di Twitter, foto yang diunggah akun @samartemaram
tersebut memicu komentar pedas dari warganet.
Salah satunya datang dari Elisa Sutanudjadja, @elisa_jkt,
Direktur Eksekutif Rujak Center for Urban Studies, yang dikenal vokal
terhadap isu-isu perkotaan.
"Pesepeda peleton macam di atas ya
enggak layak disebut pejuang anti-polusi ibu kota. Sebut aja langsung:
penyerobot ruang, pengganggu "ketertiban", dan sejenisnya,"
twitnya.
Pengguna Road Bike Butuh Aturan Khusus
Irwan, salah satu pengguna sepeda road bike
di jalan Sudirman-Thamrin, mengakui bahwa pesepeda seperti mereka memang kerap
keluar dari jalur khusus, terutama jika berpeleton.
Sebab, mereka memacu sepeda lebih cepat
dibandingkan pesepeda lainnya.
Alasan lainnya adalah keramaian jalur khusus
sepeda di hari Sabtu dan Minggu yang membuat mereka terkadang tak bisa
berolahraga sepeda dengan maksimal.
"Komentar netizen memang seram. Mereka
kurang suka, tapi itu kan balik lagi tujuannya olahraga. Berpeleton
mungkin tujuannya selain olahraga bareng-bareng juga untuk melindungi kawan
yang lain," ucapnya, saat ditemui wartawan di kawasan Thamrin.
Karena itu, ia mengapresiasi rencana Pemprov
DKI untuk membolehkan pengguna road bike menggunakan jalan utama dan
berada di luar jalur khusus sepeda.
Namun, harus ada aturan khusus dan tata cara
yang jelas agar pesepeda tak mengganggu pengguna jalan lain hingga disebut
"penyerobot ruang".
"Saya sebagai pengguna road bike
merasa perlu, tapi perlu diatur tata caranya seperti apa, jadi biar semuanya
pun pengguna jalan lebih tertib. Lebih aman sama-sama," jelasnya.
Imam, pengguna road bike lain di
Thamrin, menilai warganet cenderung menggeneralisasi dan memberikan stigma
terhadap pesepeda seperti dia.
Menurutnya, banyak pengguna jalan tak tertib,
tidak hanya pengguna road bike, tapi juga sepeda motor dan mobil.
Pesepeda jenis lain pun masih banyak yang
berjalan di luar jalur khusus.
"Enggak semua pengguna sepeda road
bike seperti itu. Hanya beberapa dalam kondisi tertentu mengambil jalan
utama dan mengganggu pengendara lain. Cuma karena di media sosial satu kasus,
malah digeneralisasi, jadi terlihatnya buruk," katanya. [dhn]