WahanaNews.co | Baper jadi problem terbesar bagi orang-orang yang terjebak dalam hubungan tanpa status, alias 'situationship'. Misalnya saja hubungan sesama backpacker di Bali.
Dibilang teman, tapi mesra. Tapi disebut pacaran juga rasanya kurang tepat, karena kedua pihak tidak pernah meresmikan hubungan.
Baca Juga:
Heboh Foto dan Video Mesra Bupati Nias Barat dengan Kadis Pariwisata, Nitizen: Semakin Menyala
Mungkin ada di antara kalian yang mengalami situasi di atas. Kedekatanmu dengan doi lebih dari sebatas sahabat. Namun, kalian berdua tidak terikat dalam komitmen apa pun. Kamu bahkan tidak pernah memperkenalkannya ke keluarga, begitu juga sebaliknya.
Hubungan tanpa status, atau istilah bekennya “situationship”, sekilas terlihat nyaman dijalani karena tidak ada tuntutan untuk satu sama lain. Kamu tidak perlu menegaskan status, tapi bisa tetap merasakan kehadiran seseorang.
Masalahnya, HTS sering kali berakhir tidak seperti yang diharapkan orang-orang. Salah satu dari kalian mungkin mulai menyimpan rasa suka, sedangkan satunya lagi belum siap menjalin asmara.
Baca Juga:
7 Tanda Pasangan Sudah Tak Percaya Padamu
“Ada banyak kasus orang semata-mata ingin membangun relasi tanpa ada niatan mengejar hubungan romantis,” kata Ben Goresky, coach hubungan di Vancouver. Menurutnya, situationship bisa saja dilakukan atas dasar memenuhi suatu kebutuhan, baik itu untuk seks, status sosial maupun koneksi spiritual.
Sheleana Aiyana, konselor hubungan dan penulis buku “Becoming the One: Heal your past, transform your relationship patterns, and come home to yourself”, mengusulkan pendapat lain.
Terkadang ada kondisi tertentu yang membuat seseorang memilih HTS-an. Barangkali mereka kesepian habis putus, tapi belum siap pacaran lagi. Makanya mereka mencari semacam pelipur lara.