Para Nabi itu diutus untuk memerdekakan manusia, menyerukan keadilan, kesetaraan dan menentang penindasan para penguasa.
Sebagai contoh, Nabi Ibrahim diutus untuk melawan Raja Namrud, Nabi Musa diutus untuk mengkritik dan melawan Raja Firaun, Nabi Isa (Yesus) di utus untuk mengkritisi raja herodes dan nabi Muhammad diutus untuk mengkritik para penguasa Quraisi Mekkah yang zalim.
Baca Juga:
Pegawai Kemenag Ditangkap - Intoleransi Dimana-mana, Ken Setiawan: Seperti Tak Punya Menteri Agama
Pertanyaanya adalah para Nabi Nabi itu kan saat ini sudah tiada, apakah saat ini kita perlu Nabi Darurat untuk mencerdaskan masyarakat dan membuka mata agar mampu membaca dan melihat persoalan yang terjadi di sekitar kita.
Sebab saat ini yang terjadi adalah para tokoh pengikut nabi nabi tersebut sibuk bertikai sendiri antar kelompok dengan mengklaim bahwa dirinyalah yang paling benar dan kelompok lain adalah kelompak yang salah dan masuk neraka.
Mereka sibuk berdebat sengit dengan hal hal sepele terkait sejarah masa lalu tapi rata rata mereka diam jika ada kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat, mereka diam ketika ada pejabat yang korupsi dll.
Baca Juga:
Khilafatul Muslimin Bedah Buku TUHAN KITA SAMA Karya Ken Setiawan, Hadirkan Tokoh Lintas Agama
Bahkan nama kafir sering disematkan kepada penganut agama lain, menjadi legalitas untuk membenci bahkan dibenarkan untuk saling bunuh yang mengakibatkan kasus intoleransi terjadi dimana mana, padahal kafir sejatinya itu disematkan kepada para penguasa yang zalim dan melampaui batas dengan menutupi kebenaran demi kepentingan.
Dihari moment kemerdekaan ini, Ken Setiawan mengajak sebagai ajang refleksi untuk kita semua agar bersatu padu dalam perbedaan, menguatkan kembali semangat persatuan, gotong royong, kebhinekaan, dan nilai-nilai luhur Pancasila yang menjadi landasan bangsa Indonesia
Mari kita berperan aktif dalam berbagai bidang sesuai kemampuan , seperti pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya, untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan.