WahanaNews.co | Populasi etnis China di Malaysia cukup besar, dan hampir berjumlah sepertiga penduduk "Negeri Jiran".
Data dari Minority Rights Group Internasional menyebutkan, etnis Han China di Malaysia totalnya sekitar 7,4 juta orang.
Baca Juga:
Kapolri Dapat Gelar Panglima Gagah Pasukan Polis dari Kerajaan Malaysia
Sementara itu, kantor berita Xinhua melaporkan, populasi keturunan China di Malaysia tahun 2021 adalah 22,4 persen, turun sedikit dari 22,6 persen pada 2020.
Lantas, kenapa di Malaysia banyak orang China dan tetap memakai nama asli dari leluhurnya?
Baca Juga:
Pelaku Penyandera Bocah di Pospol Pejaten Mau Uang Tebusan dan Seorang Resedivis TPPO
Awal Mula Eksodus Warga China ke Malaysia
BBC pada 30 Desember 2011 mewartakan, orang China mulai tiba di Malaysia dengan berlayar pada abad ke-15.
Menurut encyclopedia.com, gelombang pertama imigran China di Malaysia sebagian besar adalah pedagang.
Mereka tertarik pindah karena potensi ekonomi Malaysia, dan sebagian kabur untuk menyelamatkan diri dari penindasan Pemerintahan Ching.
Alex Wong, peneliti linguistik Asia Timur, menjelaskan di Quora, Malaysia dan Singapura saat itu berada dalam koloni Inggris yang bernama British Straits Settlement, dan British Malaysia kemudian dipandang lebih makmur dari China.
Gelombang migrasi juga didorong oleh pemerintahan Inggris di Malaysia yang menjanjikan pekerjaan layak di tambang timah, budidaya karet, dan perkebunan.
China sendiri saat itu perekonomiannya terpukul akibat Perang Opium, dan banyak warganya yang keluar negeri untuk mencari kehidupan lebih baik.
Situasinya sama seperti Hong Kong yang juga dikuasai Inggris, dan banyak orang China menuju ke sana guna memperbaiki nasib.
Encyclopedia melanjutkan, sebagian besar imigran berasal dari desa-desa dan kota-kota kecil di Provinsi Fujian dan Guangdong.
Setibanya di Malaya mereka bekerja sebagai buruh kontrak atau kuli.
Banyak Orang China Kaya di Malaysia
Pada 2000, diperkirakan ada sekitar 5,4 juta orang keturunan China di Malaysia, yang merupakan 30 persen dari seluruh populasi.
Mereka terdiri dari delapan kelompok dialek, yaitu Hokkien, Hakka, Kanton, Teochew, Mandarin, Hainan, Min Bei, dan Foochow.
Seiring berkembangnya zaman, kebanyakan orang China-Malaysia tinggal di daerah perkotaan dan mendominasi kawasan komersial dan bisnis di "Negeri Jiran".
Banyak juga yang tinggal di Kampung Baru, permukiman yang didirikan pemerintah selama pemberontakan komunis pada 1940-an sampai 1950-an, untuk melindungi komunitas China.
Singkat cerita, Malaysia kemudian menjadi negara Asia Tenggara pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan China pada 1974.
Hubungan baik kedua negara pun dimanfaatkan orang China di Malaysia dengan mengembangkan bisnis.
Pada 2011, 24 persen dari 28 juta populasi Malaysia adalah warga keturunan China, dan selalu lebih makmur daripada komunitas etnis lainnya.
Menurut daftar majalah Forbes 2011, rata-rata delapan dari sepuluh orang terkaya Malaysia adalah etnis China.
Kesenjangan kekayaan ini sempat memicu kebencian mendalam di kalangan mayoritas Melayu, hingga akhir terjadi kerusuhan ras mematikan pada 1969.
Selang dua tahun kemudian, Pemerintah Malaysia menerapkan rencana aksi afirmatif bernama Kebijakan Ekonomi Baru, yang memberi kelompok pribumi hak istimewa atas orang China dan India.
Contohnya, harga rumah yang lebih murah, prioritas dalam beasiswa universitas, dan kuota sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Kebijakan itu berlaku sampai 1990.
Kenapa Orang China-Malaysia Memakai Nama Asli?
Meskipun bahasa Melayu adalah bahasa nasional dan resmi di Malaysia, penduduk "Negeri Jiran" juga menggunakan bahasa China, Tamil, dan Inggris secara luas.
Bahasa Mandarin bahkan diajarkan di sekolah-sekolah China di Malaysia, bersama dengan bahasa Melayu dan Inggris.
Oleh karena sebagian besar nenek moyangnya berasal dari China selatan, orang China-Malaysia berbicara dengan dialek Kanton, Hokkien, dan Hakka yang sangat mirip satu sama lain.
Dialek lainnya termasuk Teochiu, Hainan, Hokchiu, dan Hinghwa.
Dengan demikian, banyak orang China-Malaysia menguasai tiga bahasa.
Mereka bisa berbicara dan menulis dalam bahasa Melayu, Inggris, dan setidaknya satu dialek China.
Tradisi nama keluarga pun masih mereka anut dari generasi ke generasi, sesuai urutan: nama keluarga - nama generasi - nama pribadi.
Contohnya, Foo Sing Choong.
Namun, ada juga nama orang China yang terdiri dari dua bagian, misalnya Chin Peng.
Bagian pertamanya adalah nama keluarga.
Lalu ada juga orang China berpendidikan Barat atau umat Kristiani yang menambahkan nama khas Eropa atau Amerika dan menjadi empat bagian, seperto Alex Goh Cheng Leong.
Mengharumkan Nama Malaysia di Olahraga
Sama seperti kegemaran warga Malaysia, masyarakat keturunan China di "Negeri Jiran" juga menyukai olahraga seperti sepakbola, voli, basket, renang, tenismeja, bulutangkis, dan lain-lain.
Beberapa nama atletnya sudah mendunia dan terkenal di Indonesia, seperti Lee Chong Wei dan Tan Boon Heong yang menjadi legenda bulutangkis.
Lalu di sepak bola ada Chow Chee Keong dan Wong Choon Wah yang merupakan legenda timnas Malaysia, serta Ong Kim Swee, pelatih yang membawa timnas U-23 menjuarai SEA Games 2011 di Jakarta.
Chow Chee Keong dijuluki "Asian Stainless-Steel Gate" dan pernah menyabet penghargaan kiper terbaik Asia versi AFC lima kali beruntun selama 1966-1970, kemudian Wong Choon Wah disebut sebagai Paul Scholes-nya Asia karena akurasi umpan. [dhn]