Jembatan ini dibangun zaman pemerintahan Belanda di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels.
Apih, sapaan Tatang Sobana, mengatakan, jalan ini dibangun Daendels untuk mengangkut hasil bumi dari Cirebon ke Pelabuhan Batavia atau yang saat ini dikenal sebagai Jakarta.
Baca Juga:
Peduli dan Inklusif, Brigjen Mustikaningrat Hadirkan Harapan Baru bagi Sumedang
Seiring perkembangannya hingga saat ini, jalur Cadas Pangeran yang telah berumur lebih dari 200 tahun ini menjadi akses vital penggerak ekonomi Jawa Barat.
Cadas Pangeran masuk ke dalam jalur penghubung antar-kabupaten/kota di bagian tengah Jawa Barat, atau lebih dikenal dengan sebutan jalur tengah Jawa Barat.
Saat ini, selain ramai dilalui kendaraan besar seperti truk pengangkut batu bara dari Cirebon menuju Bandung, Cadas Pangeran juga menjadi akses jalan utama yang dilalui pengguna jalan, baik dari arah Bandung menuju Majalengka maupun sebaliknya.
Baca Juga:
Waspada Musim Hujan, PLN UP3 Sumedang Minta Masyarakat Bijak Gunakan Listrik
Apih menuturkan, kondisi Cadas Pangeran saat ini cukup memprihatinkan, terutama ketika musim hujan.
"Cadas Pangeran sekarang ini memang rawan longsor. Longsor paling besar pernah terjadi sekitar tahun 1995-an," tutur Apih, melalui sambungan telepon, Kamis (18/11/2021) sore.
Pantauan wartawan, jembatan Cadas Pangeran memiliki lebar lebih kurang 8 meter dengan panjang lebih kurang 2 kilometer, seperti jalan nasional lainnya.