Tidak hanya itu, tarian ini juga melambangkan
sikap pemuda yang gagah berani di medan peperangan.
Selain menunjukkan jiwa ksatria dan gagah
berani para pemuda Nias di masa lampau, kini Tari Baluse sering ditampilkan
sebagai tarian selamat datang atau penyambutan tamu, tarian ini disebut juga
sebagai Tari Fataele.
Baca Juga:
Wapres Tinjau BPBL Nias, Desa Bersiap Masuk Era Produksi
Properti dan Busana Tari Baluse
Mengutip dari Studi Komparatif Tari
Faluaya di Nias Selatan dengan Tari Faluaya di Medan (2015) karya Laurensia
Dora Melisa, properti utama yang diperlukan dalam tarian ini adalah baluse
sebagai perisai perang.
Baca Juga:
Program Pemutihan PKB Disebut Bermasalah, Kepala UPT PPD Gunungsitoli: Dilaksanakan Sesuai Aturan
Selain itu juga masih ada beberapa properti
lain yang dibutuhkan, yaitu: Toho atau tombak.
Toho ini memiliki ukuran panjang sekitar dua
meter, dulu digunakan sebagai senjata perang melawan musuh.
Biasanya toho dipegang di tangan kanan,
sedangkan tangan kirinya memegang baluse di depan tubuhnya.